Hal ini tentu saja diperlukan untuk keberlanjutan air minum bersih di Ruteng untuk generasi yang akan datang.
Debit Air Alami Penurunan
Mantan Direktur PDAM Tirta Komodo Hironimus A Kaunang menuturkan kegelisahannya terkait tingkat perambahan hutan yang mempengaruhi ketersediaan air di Ruteng.
Ia mencontohkan Kali Wae Ces. Di tahun 1965, Roni –demikian ia disapa- sering memandikan kuda di kali itu. Kala itu air masih melimpah.
“Dulu airnya bisa setinggi lutut, tapi sekarang sudah kering,” ujar Ketua Palang Merah Indonesia Cabang Manggarai itu.
Roni berpendapat, perlu ada tindakan bersama untuk menyelamatkan hutan penyanggah mata air di Bagian Selatan Kota Ruteng.
Di sisi lain, perlu ada sikap tegas dari pemerintah untuk menindak para penebang liar yang merusak hutan.
Senada dengan Roni, tokoh masyarakat Kota Ruteng Mikael Kulas juga turut menyesalkan tingginya tingkat perambahan hutan di bagian selatan Kota Ruteng.
“Kami sebagai masyarakat mau tegur, tapi takut terjadi gesekan,” ujarnya.
Dia menuntut ketegasan dan niat kuat Pemerintah untuk pelestarian hutan penyanggah mata air khususnya di Bagian Selatan Kota Ruteng.
Sementara itu, Direktur Perumda Air Minum Tirta Komodo Kabupaten Manggarai Man Klemens menjelaskan, komitmen pemerintah Kabupaten Manggarai khususnya Perumda Tirta Komodo sangat tinggi khususnya untuk pengamanan hutan dan mata air.
Ia mengaku, pihaknya memberi perhatian serius di kawasan hulu mata air dengan melakukan penanaman pohon lokal bekerja sama dengan Pihak Kehutanan dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah II Manggarai.
“Kita melakukan penanaman anakan pohon lokal seperti Ara, Ngentol, Langke dan juga pohon bambu di mata-mata air. Kita bisa mengecek di Mata Air Wae Rowang di Kelurahan Waso, dimana mata air sudah diberi pengamanan dan ditanami pohon-pohon,” tutur Klemens.
Klemens menegaskan, Perumda Air Minum Tirta Komodo bergerak dari hulu untuk memastikan bahwa mata air yang dikonsumsi warga Kota Ruteng aman dan sehat.
“Tiap tahun Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai memeriksa kualitas air yang dikelola Perumda dan hasilnya aman. Di samping itu, Perumda melakukan “penangkapan” air langsung dari sumber bukan dengan membendung kali, sehingga dapat dipastikan air yang dikonsumsi masyarakat sehat dan aman,” jelasnya.
Ia berharap, dukungan pemangku-pemangku kepentingan untuk bersama-sama menjaga lingkungan hutan dan mata air tetap lestari dengan komitmen menjaga lingkungan dan kerja bersama melakukan penanaman kembali. (Paul/Ryan/TJ)