Sebaliknya, bagian Timur terus merayakan meskipun tanggal itu bertepatan dengan Paskah Yahudi.

Banyak orang Kristen sadar bahwa kata Paskah (Easter) tidak muncul dalam naskah bahasa Yunani dan Ibrani.

Pada kenyataannya, kata itu muncul dalam Alkitab bahasa Inggris, Kings James Version, yang tertera dalam Kis 12:4, tentang penangkapan Petrus atas perintah Herodes yang kemudian akan dihadapkan ke depan orang banyak setelah “Paskah”.

Apa yang kita kenal pada hari ini sebagai perayaan Paskah (Easter) berkembang setelah masa Perjanjian Baru.

Perjanjian Baru tidak menyinggung sebuah perayaan Kristen di mana kematian dan kebangkitan Kristus dirayakan, tetapi apa yang sungguh kita lihat adalah beberapa orang Kristen mula-mula terus merayakan perayaan Paskah (Passover) Yahudi.

Dalam perjalanan Paulus ke Yerusalem di mana dia ditangkap dan dipenjarakan, sekitar akhir tahun 50 M, atau 30 tahun setelah kelahiran Jemaat Kristen, banyak orang-orang Kristen di Yerusalem bangga terhadap fakta bahwa mereka mempertahankan Hukum Taurat.

Lalu dari mana muncul kata Easter (Inggris)?

Pada zaman abad-abad permulaan, berawal dari cacatan kuno milik Beda Venerabilis, di Inggris orang sudah mengenal Dewi Eostre (di Jerman: Dewi Austro) sebagai dewi musim semi atau dewi kesuburan dan perpanjangan hidup, yang kira-kira dapat dibandingkan dengan Dewi Sri di Indonesia.

Hari Paskah selalu jatuh di sekitar hari-hari perayaan Dewi Eostre itu. Sebab itu lambat laun orang mengambil alih perayaan Dewi Oestre itu.

Kata Inggris dan Jerman untuk Paskah yaitu Easter atau Ostern, diambil dari nama Dewi Eostre atau Austro. Juga kegiatan perayaan itu diambil alih dan diberi dengan isi yang baru. Bagi orang di belahan bumi utara, Paskah bertepatan dengan musim semi.

Musim semi adalah musim yang memperlihatkan munculnya kembali kehidupan. Pohon-pohon yang selama musim gugur dan musim dingin menjadi gundul, kini mulai bertunas. Bunga mulai bermekaran. Binatang-binatang mulai keluar dari perlindungannya; suatu kehidupan dimulai lagi.

Kemunculan kata Ostara sebagai dewi musim semi ini tidak hanya tercantum dalam catatan Beda, dalam cerita-cerita dongeng Jacob Grimm dan kesusastraan kuno Skandinavia pun banyak menyinggung kemunculan Dewi Musim Semi ini.

Dalam catatan Linstädter, bangsa Anglosaxon diperintah oleh kerajaan-kerajaan dan pada tahun 597 para misionaris Romawi berada di bawah perintah Papst Gregor didatangkan ke wilayah Jerman Sachsen dan Inggris. Mereka mengkristenkan bangsa Anglosaxon melalui jalan politik yang damai.

Kebudayaan kuno Anglosaxon ini diubah menjadi budaya kristiani, seperti cara-cara pengkristenan bangsa Germanik lainnya.

Termasuk di dalamnya kebudayaan menyambut musim semi.

Sebagian sejarawan menyatakan bahwa demi mengkristenkan bangsa Anglosaxon, mereka merancang kebudayaan Kristen baru yang dimiripkan dengan budaya penyambutan dewi Ostara ini, agar kedua kebudayaan ini nampak mirip.

Akhirnya, setelah berhasil mengkristenkan bangsa Anglosaxon, muncullah akulturasi atau perpaduan budaya. Hari-hari “kebangkitan” alam diganti dengan hari-hari “kebangkitan” Yesus Kristus; hari-hari penyambutan dewi Ostara kini disebut dengan hari-hari Easter di Inggris, dan Ostern di Jerman.

Lambang telur dan kelinci pun diambil-alih dan dijadikan lambang bahwa oleh kebangkitan Kristus, hidup kita dimulai lagi secara baru untuk menjadi hidup yang bersemi dan berlimpah.

Nah, demikianlah asal-asal usul Paskah dalam tradisi Gereja Kristen. Selamat Paskah. Aleluya!