Petrus dan Yohanes baru saja menyembuhkan seorang lumpuh, yang sekarang berdiri di depan mereka. Petrus menaruh atribut mukjizat tersebut kepada kekuatan Allah Abraham, Ishak, dan Yakub, yang bekerja melalui Yesus.

Dengan kata lain, Petrus berhati-hati untuk mengaitkan mukjizat yang baru saja mereka saksikan dengan Allah yang satu-satunya milik leluhur mereka. Allah yang sama yang berbicara kepada para leluhur ada di tengah-tengah mereka, dan Yesus harus mendapat kemuliaan.

Dalam menjelaskan mukjizat seorang lumpuh yang berjalan, Petrus juga menetapkan kontras yang tegas: “Allah Abraham, Ishak dan Yakub, Allah leluhur kita, telah memuliakan hamba-Nya Yesus. Kamu menyerahkan-Nya untuk dibunuh, dan kamu menolak-Nya di depan Pilatus” (Kisah Para Rasul 3:13).

Allah yang dipuja oleh orang Yahudi itu memperlakukan Yesus dari Nazaret jauh berbeda daripada yang mereka lakukan: Allah memuliakan Yesus, dan mereka membunuh-Nya. Petrus menegaskan kontras tersebut dalam ayat 15: “Kamu membunuh pembawa hidup, tetapi Allah membangkitkannya dari antara orang mati.”

Saat ia mengakhiri khotbahnya, Petrus mengingatkan pendengarnya bahwa Allah Abraham, Ishak, dan Yakub sedang memenuhi perjanjian-Nya dengan mereka: “Kalian adalah keturunan nabi-nabi dan dari perjanjian yang Allah buat dengan nenek moyangmu.” (ayat 25).

Banyak orang Yahudi percaya kepada Kristus pada hari itu, tetapi Petrus dan Yohanes dilemparkan ke penjara (Kisah Para Rasul 4:1–4).

Allah Abraham, Ishak, dan Yakub memiliki rencana untuk zaman yang melibatkan seorang Juruselamat yang memberikan pengampunan dosa dan rekonsiliasi dengan Allah.

Rencana itu dimulai ketika Allah memanggil Abram dan memberkatinya, dan rencana itu terwujud ketika Yesus mati dan bangkit kembali. Melalui keturunan Abraham, Allah Abraham, Ishak, dan Yakub memberkati semua bangsa di dunia.