Dalam permainan ini, bambu akan disusun dan dimainkan dengan cara diayunkan seperti menjepit oleh beberapa orang pemain. Salah satu atau dua dari pemain akan melompat-lompat menghindari jepitan dari bambu ini.
Pada saat melompat-lompat menghindari jepitan, para pemain seakan melakukan gerakan tari. Dari situlah awal terbentuknya dari gerakan dasar Tari Rangkuk Alu ini.
Gerakan para penari dan pemain bambu ini kemudian dipadukan dengan irama musik serta lagu daerah sehingga akan menghasilkan seni yang khas, yakni Tari Rangkuk Alu.
Dahulunya, tarian ini sering tampil pada saat usai panen raya dan pada saat bulan purnama. Di saat itulah para remaja berkumpul dan juga meramaikan acara ini.
4. Tarian Danding
Bagi masyarakat Manggarai, Tari Danding adalah tarian dan nyanyian dalam bentuk pantun dari sekelompok pria dan wanita yang saling bertanya jawab.
Tari Danding adalah tarian pergaulan yang sangat di gemari oleh masyarakat Manggarai.
Tari Danding juga tampil secara berkelompok sambil berdiri dan bergerak mengitari lingkaran. Perempuan dan laki laki bisa bergabung dalam satu lingkaran asalkan tetap menjaga sopan santun.
Danding dipimpin oleh seorang yang disebut Nggejang, yang berdiri di tengah lingkaran untuk mengatur irama gerakan, hentakan kaki dan memulai sebuah syair dengan menggunakan gemerincing.
5. Tarian Ndundu Ndake
Tari Ndudu Ndake ini merupakan tarian asal Manggarai yang di lakukan oleh perempuan.
Biasanya, tarian ini di lakukan dengan berkelompok pada saat upacara perkawinan dan upacara adat Congko Lakap, sebuah upacara peresmian rumah adat orang Manggarai.
Adapun Ndu merupakan sapaan lembut untuk wanita dan Ndake adalah menari lepas.
6. Tarian Tepi Woja
Tarian Tepi Woja terdiri dari kata “Tepi” yang berarti memisahkan dan “Woja” berarti padi. Secara harafiah, tarian Tepi Woja ialah tarian memisahkan gabah padi.
Tarian Tepi Woja merupakan tarian yang berkaitan dengan pertanian. Tarian ini mengingatkan kembali generasi milenial bahwa leluhur orang Manggarai pernah memakai doku atau nyiru sebagai bahan tepi woja.
Kini, nyiru tidak terpakai lagi karena tersedia alat-alat modern seperti mesin giling padi untuk menampi padi dan beras.