Juga Uwa haeng wulang, langkas haeng ntala. Artinya, berkembanglah menggapai bulan, bertumbuhlah tinggi menggapai bintang di langit

Selain memberikan nasihat, doa, dan bantuan material, tradisi wuat wa`i juga diramaikan dengan pemotongan hewan kurban berupa ayam jantan berwarna putih. Ayam jantan putih melambangkan kesucian, ketulusan, dan kekosongan.

Kosong artinya belum memiliki apa-apa di dalam dirinya. Hal itu karena dalam tradisi wuat wa`i itu ada go`et (ungkapan), yakni “Porong lalong bakok du lakom, lalong rombeng du kolem” yang bermakna semoga pergi dengan tak membawa apa-apa, dan pulang harus membawa keberhasilan.

Baca Juga:  Berbaju Kotak-kotak, Pendukung Ahok Mulai Datangi Mako Brimob

Berapa Biaya Kuliah yang Terkumpul dari Tradisi Wuat Wa`i?

Berapa dana yang terkumpul dari patungan tersebut? Dalam jurnal penelitian oleh Fransiskus Seda & Maria Dominika Niron berjudul, Wuat Wa`i: Model Gotong Royong Masyarakat Manggarai dalam Pembiayaan Pendidikan di Perguruan Tinggi, dana yang terkumpul bisa mencapai hingga ratusan juta.

Baca Juga:  Bukunya Dirazia di Makassar, Romo Magnis Suseno: Kebodohan Besar

Dalam beberapa perayaan wuat wa`i, ditemukan bahwa dana yang berhasil dikumpulkan berkisar antara Rp15 juta sampai Rp100 juta. Jumlah yang fantastis!

Tradisi wuat wa`i disebut sebagai tradisi gotong royong yang positif dari masyarakat. Di mana setiap elemen masyarakat akan bahu membahu untuk membantu anak-anak mereka ke tingkat perguruan tinggi.