“Tapi yang saya lihat, beliau hanya menjelaskan penanganan setelah terjadi masalah. Ini membuat saya berpikir, kayaknya Kominfo tidak mau tahu masalah ini,” ujar Sturman di ruang rapat Komisi I DPR, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (27/6).

Menurut Sturman, dari berbagai penjelasan yang diberikan Budi Arie, semuanya hanya berkutat pada peringkat dunia Indonesia tanpa menyingkap penyebab konkret dari peretasan tersebut.

Ia menyayangkan sikap menteri yang lebih memilih untuk mengesampingkan esensi masalah sesungguhnya dalam peretasan server PDN.

“Ini agak membuat saya bertanya, mengapa beliau hanya fokus pada kondisi global dan peringkat Indonesia, tanpa menjelaskan penyebabnya. Karena tanpa mengetahui penyebabnya, kita tidak bisa memahami masalah ini,” tegas Sturman.

Respon Projo

Projo sebelumnya menuding bahwa desakan agar Menkominfo Budi Arie Setiadi mundur dari jabatannya akibat peretasan PDN berasal dari kelompok pendukung calon presiden yang kalah pada Pilpres 2024.

Sekretaris Jenderal Projo, Handoko, menyatakan tudingan tersebut berdasarkan hasil monitoring Projo dalam beberapa waktu terakhir.

“Hasil monitoring kami menunjukkan bahwa kelompok tokoh ini berasal dari sisa-sisa pendukung capres yang kalah pada Pilpres Februari 2024 lalu. Tidak menggambarkan kedewasaan berpolitik dari pengamatan atas kata-kata yang digunakan,” kata Handoko dalam konferensi pers di Kantor DPP Projo, Jakarta Selatan, Jumat (28/6).

Handoko menyampaikan keprihatinannya atas sikap sebagian tokoh di media sosial yang menurutnya mempolitisasi dan memanfaatkan keadaan untuk menyerang Budi Arie, yang juga Ketua Umum Projo.

“Menyerang Menkominfo Budi Arie Setiadi, Ketum Projo, dengan tujuan-tujuan politik sempit. Mereka memilih secara aktif menyudutkan pemerintah dan membuat kekeruhan opini publik,” ujar Handoko.

Handoko menjelaskan bahwa monitoring yang dilakukan Projo tidak menyasar satu atau dua nama, tetapi sejumlah tokoh yang diidentifikasi sebagai pihak yang secara politik berseberangan dalam Pilpres 2024.

“Itu adalah justru tokoh-tokoh yang kami identifikasi adalah mereka-mereka yang secara politik kemarin berseberangan dalam konteks Pilpres 2024, sehingga teman-teman, kami di Projo menyimpulkan bahwa ada unsur sisa-sisa residu dari Pilpres 2024,” kata Handoko.