“Masyarakat Flores mayoritas Katolik, sehingga Flores bisa menjadi tempat orang datang untuk mendapatkan pengalaman spiritual. Wisata religi ini tidak hanya dikembangkan pada aspek spiritualitas saja tetapi juga aspek ekonomi, di mana pengembangan ini harus berdampak dan bermuara bagi kesejahteraan masyarakat,” lanjut Frans.

Rekas dinilai telah memenuhi konsep Sadar Wisata yaitu Sapta Pesona: Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah, Ramah, dan Kenangan. Konsep ini sangat penting ketika sebuah destinasi akan dikembangkan dan juga merupakan modal sosial untuk menarik orang datang dan tinggal lebih lama di Rekas.

Selain itu, penguatan narasi, penguatan SDM melalui berbagai pelatihan dan sertifikasi, pengembangan eco-homestay dan gastronomi juga bisa digali agar dapat melahirkan destinasi wisata dan event religi yang berkelanjutan.

Berbagai peningkatan dan pengembangan ini diharapkan dapat berdampak positif bagi pertumbuhan ekonomi dan masyarakat.

Pater Yeremias G. Bero, SVD, Pastor Paroki Gereja St. Maria Penghibur Orang Berduka Cita Rekas, menyampaikan bahwa saat ini paroki telah bekerja sama dengan beberapa donatur, terutama dari pelaku pariwisata, untuk merenovasi Gereja Tua Rekas.

Pater Yerem juga menyampaikan bahwa tahun depan, gereja ini akan merayakan ulang tahun yang ke-100 dan akan dijadikan situs cagar budaya.

“Gereja Tua ini juga nantinya akan dijadikan situs cagar budaya terutama karena usia gereja yang sudah hampir 100 tahun pada 2025. Kami berharap kawasan ini dapat dikembangkan sebagai spot pariwisata dan di sisi lain juga bisa mengembangkan industri kreatif bagi masyarakat, yang nantinya akan mendukung perekonomian masyarakat di sini,” jelas Pater Yerem.

Dalam kunjungan ini, BPOLBF juga melakukan pertemuan lintas komunitas bersama komunitas dari Paroki Rekas untuk memajukan pariwisata, khususnya wisata religi Katolik.

Adrianus Taur, pemilik UMKM Sari Toga, turut hadir dalam pertemuan ini dan berbagi pengalaman serta perkembangan usahanya.

“Ada begitu banyak program peningkatan kapasitas, baik yang diselenggarakan BPOLBF maupun dari Kementerian. Melalui program tersebut, kami mendapatkan banyak bimbingan untuk pengembangan produk kami. Kami juga dibantu untuk aktif dalam berbagai event sehingga produk kami semakin dikenal luas dan penjualan meningkat, seperti dalam minggu ini kami mendapatkan pesanan dari Malaysia,” ungkap Adrianus.

Selain Gereja Tua, Rekas juga memiliki sejarah pendidikan di Manggarai Barat dengan SDK Rekas 1, sekolah dasar yang didirikan pada tahun 1921 oleh misionaris Eropa.

Sekolah ini, dikelola oleh Yayasan Sukma Keuskupan Ruteng, telah berusia lebih dari seabad pada tahun 2024. Kampung Rekas juga memiliki banyak produk ekonomi kreatif seperti Gerabah Compang (kerajinan tangan dari tanah liat), tenun, anyaman topi Re’a, anyaman pandan, dan berbagai produk lainnya yang dihasilkan oleh masyarakat sekitar Paroki Rekas.

Pasar tradisional Rekas, yang hanya dibuka setiap hari Rabu, menampilkan berbagai produk ekonomi kreatif serta hasil kekayaan alam seperti umbi-umbian, sayur-sayuran, buah, dan minuman khas tuak.

Potensi gastronomi Rekas juga menonjol dengan makanan khas seperti Songkol, berbahan dasar singkong parut yang dicampur dengan parutan kelapa dan dikukus dalam bambu menggunakan api kayu bakar.

Ada juga Bobo, masakan dari berbagai jenis daging atau ikan yang diolah dengan bumbu tradisional dan dimasukkan dalam bambu, didekatkan dengan bara api selama hampir empat jam. Produk olahan keripik dari ubi-ubian dan pisang juga menjadi andalan.

Dalam kunjungan ini, BPOLBF juga melakukan pelayanan koor dan liturgi di Paroki Gereja Katolik St. Maria Penghibur Orang Berduka Cita, Desa Rekas, pada Minggu (14/07/2024).