“Kelima, rakyat Papua bangsa Melanesia berkulit hitam. Karena itu TPN/OPM tidak menganut ideologi maut tetapi ideologi kebebasan (freedom fighter),” jelas aktivis HAM asal Papua ini.

Menurut dia, TPN/OPM dari sejarahnya sudah lahir sebelum Indonesia masih masih merah. Bahkan Bintang Kejora dan persiapan kemerdekaan Papua sudah ada sebelum negara Indonesia didirikan pada1942. Sedangkan, kata Natalius, Indonesia sendiri baru diakui Belanda pada 1948.

Baca Juga:  Jual Jokowi, Airlangga Yakin Pasangan Prabowo-Gibran Menang Telak di NTT

“Landasan filosofis maupun tujuan TPN/OPM adalah ideologi pembebasan, bukan menganut ideologi maut. Lahir lebih dahulu dari Republik Indonesia. Bendera Merah Putih lahir (pada) 1944, (sedangkan) Bintang Kejora lahir 1942.

Dia menambahkan, TPN/OPM diakui di dunia secara perjuangan dan pembebasan bangsa atau tujuan dekolonisasi, maka legitimasi di dunia pasti tidak dapat.

Baca Juga:  Ada Operasi Intelijen untuk Jegal Gibran sebagai Cawapres, Kata Politikus Gerindra

“Saya melihat pelabelan (KST) ini hanya untuk menjustifikasi rasisme dan operasi militer yang kuat yaitu DOM (daerah operasi militer) sebagai jalan cepat genosida terhadap bangsa kulit hitam Papua,” pungkasnya.