Tajukflores.com – Lepas sore, Nelfi tiba di kosan di Langka Kabe, Labuan Bajo, Manggarai Barat sore itu. Perempuan 23 tahun ini masih mengenakan seragam kerja berwarna putih. Wajahnya tampak letih penuh keringat setelah seharian mengais rejeki di salah satu hotel di kota Labuan Bajo.

Di tangannya, Nelfi masih menenteng sebotol air minum mineral. Sesekali, ia meneguk air yang ada di dalamnya untuk menghilangkan rasa dahaga atau sekadar menghilangkan gerah akibat hawa panas Labuan Bajo.

Perempuan asal Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai ini, sekitar 131 kilometer dari Labuan Bajo, mengaku sudah hampir satu tahun tinggal dan mengumpulkan cuan di kota yang terletak di ujung Barat Pulau Flores tersebut.

Enam bulan sebelum bekerja di Labuan Bajo, Nelfi baru saja lulus dari salah satu perguruan tinggi swasta di salah satu kota di Pulau Jawa.

“Saya sudah 10 bulan lebih tinggal di Labuan Bajo kaka. Kalau asal, saya dari Ruteng,” kata Nelfi kepada Tajukflores.com pada Rabu, 31 Agustus lalu.

Perjalanan hidup selama menetap dan bekerja di Labuan Bajo bukanlah hal yang mudah dilaluinya. Nelfi mengaku kota ini merupakan satu-satunya kota yang pernah ditinggalinya, yang cukup memacu adrenalin.

“Hidup di Labuan Bajo cukup menantang kak. Biaya hidupnya sangat mahal. Apalagi, gaji saya ini pas-pasan saja,” ungkap Nelfi.

Sebagai seorang pekerja swasta, Nelfi mengaku bahwa pendapatan yang ia peroleh dari tempat kerjanya saat ini hanya cukup untuk bertahan hidup.

Gajinya setiap bulan hanya dihabiskan untuk membayar kos, membeli kebutuhan hidup sehari-hari seperti untuk makan. Sementara untuk tabungan, itu cukup sulit baginya.

“Jujur, gaji saya cuma Rp2 juta. Sementara, kos saya ini harganya Rp800 ribu perbulan. Itu pun listrik saya tanggung sendiri. Jadi, tetap kena Rp900 ribu perbulan. Itu kalau hemat pakai listriknya,” tutur Nelfi.

Demi menghemat pengeluaran, untuk makan, Nelfi memasak sendiri di tengah-tengah kesibukan kerjanya.

“Ya, biar sedikit hemat. Tapi tetap mahal karena harga sayur dan ikan di sini sangat mahal. Ikan saja 1 kg bisa sampai Rp40 ribu,” lanjut dia.

Cerita serupa juga disampaikan Faris (25), anak kos yang tinggal di kawasan Lancang, bagian timur Labuan Bajo.

Faris yang hari-harinya bekerja sebagai pelaku wisata dengan pendapatan perbulan Rp1,5 juta mengaku cukup kesulitan untuk bertahan hidup di tengah mahalnya biaya untuk tinggal di ibu kota Kabupaten Manggarai Barat tersebut.

“Labuan Bajo sangat mahal. Saya bekerja sebagai admin di sebuah kapal wisata, gaji saya hanya Rp1,5 juta per bulan. Jadi, sangat tidak cukup untuk biaya hidup di sini. Harga kos saja Rp800 ribu, belum termasuk listrik. Belum lagi untuk kebutuhan lainnya. Benar-benar setengah mati di sini,” cerita Faris.

Pantauan Tajukflores.com pada Rabu, 31 Agustus 2022, kamar kos yang ditempati Faris hanya berukuran 4 kali 4 meter. Harga Rp800 ribu yang harus dibayar per bulannya itu tidak termasuk fasilitas pendukung seperti kasur atau lemari.

Untuk mendapatkan fasilitas seperti itu, Faris harus mengeluarkan biaya lagi. “Untungnya, saya di kapal juga kalau ada trip, memang ada bonus. Jadi sedikit terbantu, kalau tidak, pasti tidak bisa hidup di sini,” cerita Faris.

Ongkos Kehidupan di Labuan Bajo

Kamis, 1 September 2022, Tajukflores.com menelusuri lorong-lorong Kota Labuan Bajo untuk mencari tahu harga kos, kontrakan, dan juga harga makanan di rumah-rumah makan.

Dari hasil penelusuran tersebut, terungkap harga kos-kosan di Labuan Bajo berada di kisaran Rp600 ribu hingga Rp800 ribu per bulan, tergantung ukuran dan model bangunannya.

Harga tersebut tidak termasuk fasilitas seperti kasur, lemari, dan juga listrik. Itu murni untuk biaya kamar. Untuk fasilitas pendukung, penyewa harus membeli atau menyediakannya sendiri.

Pada beberapa tempat, ada juga kos-kosan yang harganya mulai dari Rp1 juta hingga Rp2juta. Umumnya, untuk yang harga demikian, semua dilengkapi dengan berbagai fasilitas di dalamnya.

Misalnya, untuk kos-kosan yang dilengkapi dengan kasur, kamar mandi dalam, dengan model bangunan dari tembok dan memakai alas keramik, harganya berada di kisaran Rp1 juta hingga Rp1,2 juta.

Tetapi untuk kos-kosan yang sudah dilengkapi fasilitas AC, umumnya, harga yang paling rendah ialah Rp1,5 juta hingga Rp2 juta. Itu pun belum termasuk biaya untuk pulsa listrik.

Sementara itu, untuk kontrakan, rata-rata penyewa menjualnya per tahun, dengan harga per tahun mulai dari Rp25 juta hingga Rp60juta. Semuanya tergantung pada luas kamar dan fasilitas yang ada di dalamnya.

Harga makanan di warung-warung makan setali tiga uang. Harganya juga relatif mahal. Tajukflores.com mengambil sampel tiga rumah makan sederhana yang berada di Kampung Ujung dan Kampung Tengah Labuan Bajo.

Terungkap, untuk nasi putih, warung-warung tersebut mematok harga Rp5 ribu per porsi. Kalau sudah ditambah lauk, misalnya telur, harganya menjadi Rp15 ribu per porsi.

Untuk nasi ayam, harga paling rendah adalah Rp20 ribu per porsi. Begitu juga dengan harga bakso. Untuk bakso biasa tanpa telur, harganya ialah Rp20 ribu satu porsi.