“Mulai dari kurang gizi NTT paling tingi, korupsi NTT juga NTT menempati posisi paling tinggi, lalu kemudian kemisikinan NTT menempati teratas, lalau kemudian sekarang kabupaten yang menyandang predikat sebagai daerah terbelakang paling banyak itu di NTT, stunting juga banya,” kata Sebastian.

“Itu banyak sekali persoalan yang dihadapi NTT itu yang dari priode ke periode, itu hal seperti itu tidak pernah terurai, tidak pernah selesai. Sementara di sisi yang lain, hari ini yang perlu diketahui kita menghadapi persoalan finansial yang luar biasa. Bisa dicek itu, bagaimana dinas-dinas disana sekaang masih banyak tunjangan pokir DPRD provinsi itu yang mulai dari tahun 2021,2022, 2023 sampai hari ini tak dijalankan. Saya nggak tahu tunggakan-tunggakan lain yang harus dibayar oeh Pemda, apakah sudah dibayar atau belum. Sampai sebegitunya kondisi NTT hari ini,” tutupnya.

Orias Moedak sendiri mengawali karir profesionalnya di sektor jasa keuangan dengan menjadi Senior Auditor KAP Santoso Harsokusumo, member of Ernst & Young International (1991-1994). EY International merupakan perusahaan jasa auditor yang masuk kategori Big Four.

Orias juga menjabat sebagai Direktur Corporate Finance PT Bahana Securities (1994-2000). Dia sempat berkarir di Singapura dengan menjadi Managing Director Investement Banking Daiwa Capital Markets Singapore Ltd (2010-2014).

Kemudian, Orias Petrus Moedak kembali ke Indonesia karena ‘ditarik’ oleh Direktur Utama Pelindo II saat itu, RJ Lino. Orias menjabat Direktur Keuangan Pelindo II (2014-2016), mengelola perusahaan BUMN pengelola pelabuhan terbesar di Indonesia.

Selanjutnya, Orias Petrus Moedak dipromosikan menjadi Direktur Utama Pelindo III (2016-2017). Setahun di Pelindo III, karier Orias Petrus Moedak pun berpindah industri, masih di perusahaan BUMN.

Ia menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Bukit Asam Tbk (PTBA), BUMN pertambangan batu bara. Setelah setahun, Orias Petrus Moedak pindah dan menjabat sebagai Direktur Keuangan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).

Hanya butuh waktu 9 bulan di Inalum, Orias Petrus Moedak dipercayakan sebagai Wakil Direktur Utama PT Freeport Indonesia. PT Inalum (Persero) memiliki saham mayoritas (51,2 persen) di PT Freeport Indonesia.

Tak sampai setahun, Orias Petrus Moedak memperoleh promosi menjadi Direktur Utama PT Inalum (Persero), holding dari BUMN pertambangan.

Selain menempati jabatan direktur, Orias Petrus Moedak juga menjabat komisaris sejumlah perusahaan, di antaranya Komisaris Independen PT Rukun Raharja, Jakarta (2023-Sekarang).