Dasar Biblis dari Kitab Nabi Yesaya yang menjadi pendasaran Daniel Mananta mirip dengan yang biasa digunakan oleh oknum kelompok agama lain untuk melegitimasi pendapat mereka bahwa umat Katolik menyembah berhala yaitu Kitab Keluaran 20:4; “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi dibawah, atau yang ada di dalam air di bawa bumi.”

Kalau konteks yang digunakan hanya melulu Kitab Keluaran 20:4 maka akan menimbulkan penafsiran sesat dan menuduh umat Katolik menyembah berhala. Padahal dalam ilmu tafsir Kitab Suci, setiap ayat memiliki keterkaitan satu sama lain. Maka dalam melakukan tafsiran tetap melihat konteks seluruh ayat. Dalam arti satu ayat tidak ditafsirkan berdiri sendiri. Maka konteks dan teks menjadi sangat penting.

Dalam konteks ini, maka Kitab Keluaran 20:4 merupakan penjelasan lanjutan dari Kitab Keluaran 20:3; “jangan ada padamu allah lain dihadapan-Ku” yang hampir mirip dengan Yesaya 44:17. Ayat 4 dari kitab Keluaran 20 dan ayat 17 dari Kitab Nabi Yesaya 44 sebenarnya sudah sangat jelas bahwa yang dilarang oleh Allah adalah membuat patung Allah sendiri atau yang menyerupai-Nya karena Allah terlalu Agung maka tidak dapat digambarkan dengan apapaun yang dibuat oleh manusia. Dan dalam kedua kitab tersebut kata allah dengan menggunakan “a” kecil yang merujuk pada penyembahan berhala.

Mengapa Allah melarang membuat patung diri-Nya atau yang menyerupai-Nya? Hal itu nampak jelas juga dalam ayat 5 bahwa hanya Dia yang disembah. Artinya Katolik salah jika umat Katolik membuat patung yang menyerupai atau menggambarkan wajah Allah dan menyembah serta menghormatinya. Dalam kenyataanya, sepenjang sejarah perkembang Gereja Katolik, tidak pernah ada patung Allah atau yang menyerupai Allah dibuat dan disembah oleh Gereja Katolik di manapun.

Dalam teks Kitab Suci berbahasa Inggris demikian bunyinya:

“You must not make for yourself an idol of any kind or an image of anything in the heavens or on the earth or in the sea.” (Exodus 20:4, A New English Translation Of The Septuagint).

Kata “idol” dalam Webster’s Universal Dictionary And Thesaurus, halaman 261 berarti gambar atau objek yang disembah sebagai dewa atau allah. Ini sudah sangat jelas bahwa arti berhala adalah jika kita membuat allah lain dalam bentuk patung, gambar, dan benda material apa pun. Kita dapat menganggap ini sebagai tuhan palsu yang tidak dipuja oleh Katolik.

Lantas bagaimana dengan keberadaan patung para santo santa, Yesus, dan Bunda Maria di dalam gereja? Mereka adalah pengantara yang menghadirkan keselamatan Allah. Dalam Kitab Bilangan 21:8 sudah sangat jelas bahwa Tuhan meminta kepada Musa untuk membuat ular tedung dan menempatkan pada sebuah tiang agar setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya akan tetap hidup atau selamat.

Dari perikop ini sudah sangat jelas bahwa ular tedung hanyalah media, instrument atau pengantara di mana Tuhan menunjukan kuasa dan keselamatan-Nya.

Demikian juga dengan patung atau gambar Yesus, Bunda Maria serta santo dan santa merupakan pengantara antara Allah dengan manusia dan manusia dengan Allah di mana melalui pengantaraan mereka Allah menghadirkan karya keselamatan-Nya demikian juga umat manusia boleh mengalami kehadiran keselamatan Allah melalui pengantaraan mereka.

Kata memandang adalah bentuk penghormatan, penghargaan dan bukan penyembahan atau berhala. Dengan demikian sudah sangat jelas bahwa Gereja Katolik tidak menyembah berhala pada allah lain karena tidak pernah ada patung yang menyerupai wajah Allah yang diimani dan diakui di dalam Gereja Katolik.

Semoga penjelasan singkat ini menyadarkan saudaraku Daniel Mananta. Jika tidak dan akhirnya berlabuh ke pelabuhan lain hanya pesan saya; “jangan pernah menjelekan iman agamamu dan sekalipun kamu memang serius ingin mendalami keyakinan agama lain hal itu tidak mengurangi dan menambah iman kekatolikan umat Katolik karena sejatinya umat Katolik tidak pernah menyembah berhala melainkan saudaraku Daniel Mananta yang sedang “menyembah” seorang pribadi manusia biasa untuk keamanan dan kenyamanan pribadi.”

 

Manila: 16-November 2022

Tuan Kopong MSF