Tajukflores.com – Dalam sebuah wawancara untuk buku baru, Paus Fransiskus mengungkapkan pandangannya tentang hubungan yang ia miliki dengan pendahulunya, Paus Benediktus XVI.

Dalam buku yang akan segera dirilis berjudul “The Successor” karya jurnalis Javier Martínez-Brocal, Paus Fransiskus mengungkapkan perasaannya terhadap Benediktus XVI sebagai sosok yang selalu memberikan dukungan tanpa campur tangan.

Paus Fransiskus menggambarkan Paus Benediktus yang meninggal pada 31 Desember 2022 lalu itu sebagai seorang yang lembut namun kuat, seringkali dimanfaatkan oleh orang lain tanpa maksud jahat, yang membuatnya menderita.

Namun, dia tidak pernah dianggap lemah oleh Paus Fransiskus, tetapi sebaliknya, dihormati sebagai sosok yang kuat namun rendah hati.

“Benediktus adalah seorang pria yang sangat lembut. Dalam beberapa kasus, orang-orang memanfaatkannya, mungkin tanpa maksud jahat, dan membatasi gerakannya. Sayangnya, dalam suatu hal, mereka mencengkeramnya,” kata Paus Fransiskus, dikutip dari Vatican News, Rabu (3/4).

“Dia adalah seorang pria yang sangat sensitif, tetapi dia tidak lemah: dia kuat. Tetapi dia rendah hati, dan lebih memilih untuk tidak memaksa. Jadi dia sangat menderita,” sambung Paus.

Paus Fransiskus Menceritakan Hubungannya dengan Paus Benediktus XVI: Dia Selalu Membela Saya, Tidak Pernah Ikut Campur!
Paus Fransiskus mencium cincin kepausan mendiang Paus Benediktus XVI. Foto: CBCP News

Selama hampir sepuluh tahun tinggal bersama di Vatikan, Paus Fransiskus menceritakan bahwa Paus Benediktus memberinya kebebasan untuk membuat keputusan sendiri dan tidak pernah mencampuri urusannya.

Bahkan ketika ada keputusan yang tidak dimengerti oleh Paus Benediktus, dia tetap memberikan kepercayaan penuh kepada Paus Fransiskus untuk bertindak sesuai dengan pemikirannya sendiri.

Paus Fransiskus juga membagikan momen perpisahannya dengan Paus Benediktus pada akhir tahun 2022, di mana dia menyatakan bahwa meskipun Paus Benediktus tidak dapat berbicara, mereka tetap bisa berkomunikasi dengan tatapan mata dan sentuhan.

“Benediktus berbaring di tempat tidur. Dia masih sadar, tetapi dia tidak bisa berbicara. Dia menatap saya, meraih tangan saya, mengerti apa yang saya katakan, tetapi tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun. Saya tinggal bersamanya seperti itu untuk sementara waktu, menatapnya dan memegang tangannya. Saya ingat matanya yang jernih… Saya mengucapkan beberapa kata padanya dengan penuh kasih sayang dan memberkati dia. Begitulah kita berpisah,” kata paus asal Argentina ini.