Pembangunan fasilitas ini, demikian Shana Fatina, tetap mempertimbangkan aspek etis-ekologis.

“Berbagai fasilitas itu dibangun dengan tetap memperhatikan aspek pariwisata berkelanjutan,” kata Shana Fatina.

Adapun sejauh ini, meski masih dalam kondisi Covid-19, penataan kawasan wisata Labuan Bajo tetap berjalan. Penataan wisata di tempat tersebut juga difokuskan untuk mewujudkan pariwisata yang berkualitas serta menerapkan CHSE (cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), dan environment sustainability (kelestarian lingkungan)).

Target Sumbang Devisa Sebesar Rp8 triliun

Penataan dan pengembangan pariwisata di Labuan Bajo ini nantinya juga diharapkan dapat memperkuat pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca Juga:  Penerpan e-Kinerja ASN Diharapkan Percepat Pelayanan Pemerintah

Pada Minggu (21/11/2021) lalu, Shana Fatina menjelaskan, pihaknya telah menargetkan bahwa keberadaan pariwisata Labuan Bajo akan dapat menyumbang devisa sebesar Rp8 triliun setiap tahun hingga 2024 mendatang.

“Pengembangan Labuan Bajo bukan hanya untuk Manggarai Barat saja, tapi juga dapat memberikan peningkatan devisa,” tutur Shana Fatina.

Selain memberikan target peningkatan devisa, pariwisata Labuan Bajo juga ditargetkan akan dapat berkontribusi bagi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada 2024.

Target kontribusi bagi PDRB itu pada 2024 mendatang ditaksir akan dapat mencapai Rp32 triliun dan kontribusi terhadap kesempatan kerja sebanyak 10 ribu lapangan kerja.

Baca Juga:  Jokowi Sebut Polisi Suka Cari Kesalahan hingga Hidup Mewah

Sedangkan terkait kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo, pihak BPOLBF menargetkan 500 ribu kunjungan wisatawan mancanegara per tahun dan satu juta kunjungan bagi wisatawan Nusantara per tahun.

Lebih lanjut, demikian Shana Fatina, keberadaan sektor pariwisata ini juga harus membantu pertumbuhan dan peningkatan berbagai sektor lainnya, khususnya yang ada di Labuan Bajo seperti sektor perikanan, peternakan, perkebunan, pertanian.