Jakarta – Program makan siang gratis yang diusung pasangan capres-cawapres 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka masih menuai pertanyaan terkait sumber anggarannya. Pemerintah pun dinilai bingung terkait sumber anggaran untuk program makan siang gratis.

“Apalagi sekarang, ada kemungkinan anggaran program tersebut diambil juga dari dana BOS. Saya khawatir jangan-jangan yang melontarkan kemungkinan tersebut tidak paham dana BOS itu seperti apa, besaran dan peruntukannya, serta mekanismenya bagaimana,” kata pengamat pendidikan, Doni Koesuma di Jakarta, Minggu (3/3).

Doni Koesuma mengatakan dana BOS yang sekarang diterima tiap siswa tidak cukup untuk menutupi biaya program makan siang gratis. Sekarang ini, katanya, untuk tingkat SD menerima Rp900 ribu per siswa untuk satu tahun, SMP Rp1,2 juta per siswa untuk satu tahun, dan SMA serta SMK sebesar Rp1,5 per siswa untuk satu tahun.

“Itu masih jauh dari kata cukup. Apalagi jika disimulasikan setiap siswa Rp15.000 untuk program makan siang tingkat SD, maka dibutuhkan dana satu tahun Rp5,4 juta per siswa. Coba dikalikan dengan jumlah siswa SD yang harus mendapatkan program makan siang gratis. Darimana lagi dana yang diperlukan per siswa hingga berlipat seperti itu,” katanya.

Menurutnya, tidak mungkin kekurangan dana sebesar itu diambil dari pos-pos dana pendidikan yang lain. Termasuk katanya, ada usulan dana BOS regular jangan diganggu, tapi ada tambahan dana BOS Afirmasi yang diberikan merata untuk semua sekolah tanpa ada syarat khusus seperti sekarang ini.

“Pertanyaan juga dari mana dana tambahan afirmasi itu, ujungkan nya kan tetap dari dana pendidikan yang 20 persen dari APBN,” sambungnya.

Solusinya jika memang program makan siang gratis dijalankan di sekolah-sekolah, kata Doni, fokus saja di sekolah PAUD dan SD. Pasalnya, anak-anak di itngkat sekolah tersebuit yang sekarang lebih membutuhkannya untuk perbaikan kualitas gizi.

Sementara itu, tingkat SMP dan SMA/SMK fokus saja membenahi kualitas pendidikannya.