AirAsia sendiri telah membawa sekitar 1.800 penumpang sejak rute ini dibuka, dengan tingkat kenaikan lebih dari 85% sejak awal bulan September. Sekitar 95% penumpang penerbangan internasional AirAsia adalah wisatawan mancanegara.

“Kenaikan ini diharapkan akan terus berkontribusi secara signifikan untuk meningkatkan kunjungan dan pertumbuhan pariwisata Labuan Bajo melalui penerbangan langsung. Kami berharap konektivitas ini akan membawa Labuan Bajo ke tingkat internasional yang lebih tinggi,” tambah Veranita.

Pj Gubernur Nusa Tenggara Timur, Andriko Noto Susanto menegaskan penerbangan internasional Labuan Bajo – Kuala Lumpur, itu sangat relevan dengan upaya berbagai pihak untuk mengembangkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Nusa Tenggara Timur.

“Kita tidak dapat membangun daerah wisata sendiri-sendiri dan harus menciptakan konektivitas. Rancangan teknopraktik untuk membangun super hub pariwisata dan ekonomi kreatif nusantara yang bertaraf internasional dari Bali, Nusa Tenggara Timur, dan Nusa Tenggara Barat harus ditingkatkan.

Selain bandara, kita juga ingin membuka jalur laut untuk meningkatkan koneksi transportasi dan pertumbuhan ekonomi masyarakat NTT,” kata Andriko.

Andriko menerangkan bahwa Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, merupakan kabupaten dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua di Nusa Tenggara Timur.

Pertumbuhan ini didorong oleh sektor pariwisata karena didukung oleh berbagai faktor, seperti keindahan alam, keramahan penduduk, lingkungan yang tertib dan nyaman, serta kuliner yang luar biasa.

Selain itu, akses yang mudah, penyelenggaraan event rutin, serta UMKM yang berdaya saing dengan produk berkualitas dan terjangkau juga berkontribusi. Promosi masif melalui berbagai media juga berperan penting dalam menarik perhatian wisatawan.

Potensi yang ditawarkan Nusa Tenggara Timur sangat banyak, dengan 1.637 destinasi wisata yang belum dikelola secara optimal.

Menutup webinar, Plt. Direktur Utama BPOLBF, Frans Teguh, menuturkan bahwa beberapa aspek pelayanan perlu dibenahi, terutama terkait dengan persiapan bandar udara dan pengawasan terhadap keamanan wisatawan, termasuk dari sisi keamanan dan penggunaan visa.

Selain itu, strategi harga tiket di NTT harus menjadi perhatian bersama yang perlu dikelola dengan baik untuk mendukung pertumbuhan pariwisata.

“Kami percaya bahwa penerbangan internasional akan membuka peluang besar bagi pertumbuhan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di NTT. Namun, kita juga harus mempersiapkan berbagai aspek, termasuk infrastruktur, layanan, dan keamanan, untuk memastikan pengalaman terbaik bagi para wisatawan,” tutup Frans.

Webinar ini dihadiri oleh 83 peserta dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, pelaku industri pariwisata, dan komunitas lokal.

Diskusi difokuskan pada strategi pengembangan pariwisata berkelanjutan, penguatan aksesibilitas, serta promosi yang efektif untuk meningkatkan daya tarik Labuan Bajo di pasar internasional.

Hadir sebagai narasumber, Deputi Bidang Pemasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Baparekraf, Ni Made Ayu Marthini; Perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Kantor Otoritas Bandara Udara Kelas IV Bali, Fuadani; perwakilan Direktorat Jenderal Imigrasi, Andro Eka Putra; Badan Perencanaan Pembangunan Daerah NTT, Tanda Sirait; dan Ketua Kamar Dagang dan Industri NTT, Bobby Lianto.