Ferdy menambahkan, meskipun petahana memiliki potensi menang yang lebih besar, kontestan lawan tidak boleh menyerah. “Status petahana hanya salah satu dari banyak variabel yang menentukan kemenangan. Variabel lain termasuk dukungan partai politik, kesolidan dukungan, strategi kampanye, dan branding,” terangnya.

Dalam konteks Pilkada Manggarai Barat, komposisi partai politik pendukung memang didominasi oleh pasangan Edistasius Endi-Yulianus Weng (Edi-Weng), yang menguasai 18 kursi di DPRD. Sementara pasangan Mario Pranda dan Richard Sontani (Mario-Richard) hanya menguasai 10 kursi.

Ferdy juga menyoroti faktor lain yang mungkin menguntungkan pasangan Mario-Richard, yaitu pengaruh Mantan Bupati Manggarai Barat, almarhum Fidelis Pranda, ayah dari Mario Pranda.

“Almarhum Fidelis Pranda memiliki basis pemilih loyal yang kemungkinan besar akan mendukung anaknya,” jelas Ferdy. Selain itu, branding sebagai anak muda dari pasangan Mario-Richard juga dinilai bisa menjadi nilai tambah untuk menarik pemilih generasi milenial dan generasi Z, yang memiliki kekuatan penentu dalam pemilihan ini.

Pilkada Manggarai Barat kali ini akan diikuti oleh dua bakal pasangan calon (Bapaslon), yaitu Edi-Weng dan Mario-Richard, yang telah mendaftarkan diri secara resmi ke KPU pada Kamis, 29 Agustus 2024.

Edi-Weng, sebagai petahana, didukung oleh tujuh partai politik (Nasdem, PKB, Gerindra, PDIP, PBB, PPP, PKS), sedangkan Mario Pranda-Richard Sontani didukung oleh sembilan partai politik (Demokrat, Golkar, PAN, Perindo, PSI, PKN, Ummat, Buruh, Gelora).