JakartaDokter spesialis neurologi dr. Restu Susanti, Sp.N(K). M.Biomed, menjelaskan bahwa perempuan memiliki peluang tiga hingga empat kali lebih tinggi untuk menderita migrain dibandingkan laki-laki.

Migrain, menurut dr. Restu, adalah nyeri kepala berulang yang biasanya terjadi di satu sisi kepala. Gejalanya bisa bertambah parah saat melakukan aktivitas fisik yang intens.

“Biasanya disertai dengan mual, muntah, atau pasien merasa sensitif terhadap suara atau cahaya terang,” kata dr. Restu, yang juga dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dalam sebuah acara diskusi kesehatan daring pada Kamis (13/6).

Lebih lanjut, dr. Restu menjelaskan bahwa gejala migrain pada perempuan biasanya berlangsung lebih lama, memiliki risiko kambuh yang lebih tinggi, dan waktu pemulihan yang lebih lama dibandingkan pada pria.

Faktor Hormon dan Pubertas

Serangan migrain pada perempuan dikaitkan dengan hormon. Peningkatan estrogen, terutama selama siklus menstruasi atau kehamilan, dapat meningkatkan kadar calcitonin gene-related peptide (CGRP), yang memicu serangan migrain.

“Perempuan mengalami perubahan hormonal mulai dari pubertas, menstruasi, hamil, dan menopause. Estrogen pada wanita berperan penting dalam memicu migrain melalui CGRP,” jelas dr. Restu.