Uskup Agung Samarinda Monsegneur (Mgr) Yustinus Harjosusanto menjelaskan bahwa basilika adalah jenis gereja khusus yang memerlukan persetujuan Paus. “Basilika ini akan menjadi tempat untuk acara-acara khusus dalam Gereja, dan bahkan mungkin dikunjungi oleh Paus,” katanya.
Yustinus menambahkan bahwa lokasi basilika di jantung ibu kota baru bersifat simbolis. Dengan menempatkan basilika di Nusantara, pesan persatuan dan keragaman dikirimkan kepada seluruh bangsa. “Tempat ibadah ini akan menjadi pengingat bahwa Indonesia adalah negara dengan kekayaan agama, dan kita dapat hidup berdampingan secara damai,” ujarnya.
Desain basilika dikatakan megah dan kaya makna, mencakup fitur-fitur yang mencerminkan budaya dan sejarah lokal, serta elemen-elemen unik untuk arsitektur Katolik. Pembangunan basilika di zona rumah ibadah wilayah IKN ini bukan hanya merupakan usaha keagamaan, tetapi juga peristiwa budaya dan sejarah yang penting. Basilika ini diharapkan menjadi tempat ziarah populer bagi umat Katolik dari seluruh Indonesia dan dunia.
Yustinus menjabarkan koeksistensi dari berbagai tempat ibadah, termasuk masjid, gereja, dan pura, sebagai bukti komitmen Indonesia terhadap toleransi dan kerukunan beragama. “Ini adalah pesan yang jelas bahwa Indonesia adalah negara persatuan dalam keberagaman,” tuturnya.
Dengan berbagai upaya dan kolaborasi yang telah dilakukan, pembangunan Basilika Nusantara Santo Fransiskus Xaverius ini diharapkan dapat berjalan lancar dan menjadi simbol baru kerukunan umat beragama di Indonesia.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.