Vatikan – Paus Fransiskus menggelar misa malam Natal di Basilika Santo Petrus dengan mengutip langsung dari Injil Santo Lukas, menyoroti esensi “sensus seluruh bumi”. Paus mengajak umat untuk merenungkan makna sejati Natal yang mengajarkan kita tentang kasih tanpa syarat.

Dalam homilinya, Paus Fransiskus menggambarkan perbedaan mencolok antara sensus kaisar yang menghitung jumlah penduduk dunia dengan kedatangan Tuhan yang dilakukan secara diam-diam.

“Sementara kaisar menghitung jumlah penduduk dunia, Tuhan masuk ke dalamnya secara diam-diam. Sementara mereka yang berkuasa berusaha untuk mengambil tempat mereka dengan orang-orang besar dalam sejarah, Raja sejarah memilih jalan kerendahan hati,” ungkap Paus Fransiskus.

Paus Fransiskus menyoroti bahwa saat kaisar melakukan “sensus seluruh bumi” yang mencerminkan pencarian kekuasaan dan kejayaan duniawi, Yesus Kristus, dalam penjelmaannya sebagai manusia, mewakili kontras yang kuat terhadap kecenderungan tersebut.

“Pencarian akan kekuasaan dunia dan ketenaran adalah benang merah yang manusiawi sepanjang sejarah, diukur dengan pencapaian, hasil, angka, dan pengakuan. Namun, Yesus tidak muncul sebagai tuhan pencapaian, melainkan sebagai tuhan yang menjelma menjadi manusia,” jelas Paus Fransiskus.

Paus menekankan bahwa Yesus tidak datang untuk menghapus ketidakadilan secara dramatis melalui kekuatan yang luar biasa, melainkan dengan penuh kasih di dalam batas-batas kehidupan manusia.

“Dia tidak menghapuskan ketidakadilan dari atas dengan unjuk kekuatan, tetapi dari bawah, dengan unjuk kasih. Dia tidak muncul dengan kekuatan yang tak terbatas di tempat kejadian, melainkan turun ke dalam keterbatasan kehidupan kita,” tambah Paus Fransiskus.

Pesan Paus ini menyoroti esensi Natal yang bukanlah tentang pencapaian atau kejayaan duniawi, tetapi tentang kasih, kerendahan hati, dan pengorbanan yang dibawa oleh kelahiran Yesus Kristus sebagai wujud ilahi dalam kehidupan manusia.