“Kalau hanya kemauan saya, rakyat tidak mau saya takut. Dan itu dibuktikan dengan survei-survei yang ada. Rakyat ingin supaya saya jadi bupati, itu ‘hot nggoop tae dite Manggarai caling agu celung’, lain padang lain belalang, lain pemimpin lain caranya,” ujarnya.
Dia menekankan bahwa kepemimpinan yang baik harus bersifat demokratis, dengan partisipasi kolektif dalam pengambilan keputusan.
“Pemimpin demokratis memberikan ruang kepada masyarakat untuk berpendapat dan memperhatikan masukan sebelum membuat keputusan akhir. Setiap individu dianggap memiliki nilai dan kontribusi yang sama dalam proses pengambilan keputusan untuk membangun sebuah daerah,” jelasnya.
Heri Ngabut menambahkan bahwa manajemen yang baik memiliki hubungan erat dengan gaya kepemimpinan yang demokratis dan partisipatif.
“Kita tanda tangan tapi pikiran banyak orang melahirkan sebuah kebijakan yang populis, yang pro rakyat dan nanti gajinya pada pendapat banyak orang. Populer oke, jadi penjahat juga populer. Tapi jadi orang baik itu berujung pada tingkat kesukaan, ‘tapa toe muntung, na wa wae tema delep’. Cara kita berkomunikasi, harus mencintai, mengayomi. Kita bukan penguasa, kita ini pengayom,” pungkasnya.
Ngabut berharap dengan kepemimpinan yang hanya satu periode, ia dapat memberikan contoh nyata bagaimana seharusnya memimpin Manggarai dengan baik, transparan, dan mengutamakan kepentingan rakyat.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.