Pilkada Tak Langsung, Retorika Elit hingga Jadi Bancakan Parpol

Selasa 17-10-2023, 19:13 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto, saat membuka rapat pimpinan nasional (rapimnas) di Hotel Ritz Carlton beberpa waktu lalu mengatakan partainya membebaskan biaya dalam Pilkada 2020.

Pernyataan itu keluar di tengah usulan untuk mengevaluasi pilkada langsung yang membuat sebagaian besar warga menduga adanya keinginan partai politik kembali ke pilkada tidak langsung alias melalui DPRD.

Namun, apa yang diungkap Airlangga sebenarnya retorika elit politik. Sebab pada kenyataanya, mahar politik di tingkat daerah tetap berlaku. Beberapa waktu lalu, seorang calon bupati menceritakan kegalauannya soal biaya jika dirinya maju sebagai bupati di Pilkada 2020.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Meski sebagaian besar keluarga dan kolega politiknya mendukung, dia pun memutuskan untuk mendaftar sebagai calon wakil bupati.

“Jujur soal biaya kita kalah, maka saya putuskan untuk tetap jadi calon wakil bupati,” katanya.

Wacana evaluasi langsung dinyatakan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian beberapa waktu lalu. Evaluasi langsung muncul berdasarkan rekomendasi dari hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terhadap sistem pilkada langsung yang sudah berjalan selama 15 tahun.

Tito menegaskan perlunya evaluasi karena yang sistem yang berjalan selama ini lebih banyak dampak negatifnya. Yakni biaya tinggi, rentan konflik, dan maraknya korupsi yang dilakukan kepala daerah dan sebagainya.

Baca Juga:  Cerita Perseketuan Deno-Rotok, Berakhir dengan "Baju Bete"

“Konstitusi memang merumuskan bahwa pemilhan gubernur/bupati/wali kota secara demokratis. Awal-awalnya setelah amandemen, kita masih pakai rejim Orba yaitu melalui DPRD. Kemudian dirubah ke mekanisme langsung, dan sukses. Dengan catatan waktu itu ialah harus dievaluasi. Menurut saya evaluasi sudah saatnya dilakukan. Dan evaluasi ya jelas tidak  berarti kembali ke DPRD,” kata pakar filsafat politik dari Unika Widya Mandira Kupang, Norbertus Jegalus saat dihubungi Tajukflores.com melalui sambungan telpon, Jakarta, Jumat (22/11).

Norbertus mengatakan bahwa evaluasi terhadap pilkada langsung sangat perlu dilakukan. Namun dia meyakini terjadi penolakan besar dari masyarakat apabila pemilihan kembali melalui DPRD. Alasannya, hal yang dibenci oleh rakyat selama ini adalah budaya sogok atau penyuapan terhadap DPRD. Selain itu, partisipasi rakyat dalam pilkada sangat subsantif, dan secara langsung melegitimasi pemimpin yang dipilihnya.

“Saya yakin sekali akan ada ledakan civil society kalau itu kembali kepada DPRD. Memang akan muncul argumentasi dari parpol bahwa sistem langsung dan tidak langsung itu demokratis. Betul, tetapi rakyat, melalui pilkada langsung menunjukan sungguh dihargai hak-nya. Dan itu sangat otoritatf. Jadi saya yakin sekali nanti ada penolakan,” kata dia. 

Norbertus menilai dampak negatif biaya yang diutarakan Tito benar adanya. Namun hal itu tidak mengandaikan bahwa pemilihan melalui DPRD tanpa biaya. Dia mengaku belum melihat hasil penelitian akademis yang menyatakan pemilihan melalui DPRD akan murah. Justru, kata dia, pemilihan melalui DPRD akan menjadi lahan bancakan partai politik untuk mendapat keuntungan dari calon yang mendaftar.

Baca Juga:  TPDI Minta Mendagri Kembalikan Berkas Pemilihan Wakil Bupati Ende Terpilih

“Sebelum partai-partai ini sungguh-sungguh demokratis, mereka ini fungsinya seperti PT (Perseoran terbatas). Dan itu lah kesempatan bagi mereka untuk meraih apa saja yang mereka butuhkan dari para calonnya,” ujar pria yang mendirikan sekolah demokrasi di NTT ini.

Norbertus mengatakan, pemilihan melalui DPRD juga tetap membutuhkan biaya yang tak murah. Setelah lolos mendapat pintu dari partai politik, calon tersebut juga pasti mengeluarkan biaya untuk anggota DPRD yang akan memilihnya.

“Dari pengamatan dan kenyataan yang sudah terjadi, itu tidak otomatis. Partai dibayar, kemudian orang-orang di DPRD juga pasti dibayar,” ujarnya.

Menurut dia, pengakuan para kepala daerah yang mengatakan tanpa mahar atau menyebut dengan angka yang paling kecil hanya retorika politik. Sebab, mereka tentu tidak akan menjawabnya secara jujur. Pada umumnya mereka telah mengeluarkan biaya untuk pendaftaran, kampanye, sosialiasi dan termasuk membayar saksi di tempat pemungutan suara (TPS).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Tajukflores.com. Mari bergabung di Channel Telegram "Tajukflores.com", caranya klik link https://t.me/tajukflores, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Berita Terkait

Yoakhim Jehati Kembali Dilantik sebagai Anggota DPRD, Ajak Warga Memajukan Manggarai
Resmi Dilantik Jadi Anggota DPRD NTT, Mateus Soares Sampaikan Syukur dan Terima Kasih
Gantikan Marten Mitar, Yopi Widiyanti Resmi Jadi Ketua DPRD Sementara Mabar
Tolak Praktik Mahar Politik, Paket OASE Tidak Ikut Pilgub NTT 2024
Anies Baswedan Pertimbangkan Bentuk Partai Baru, Partai Perubahan Indonesia Trending di X
Budi Arie Tepis Hubungan Jokowi dan Prabowo Retak, Ada Upaya Adu Domba
Larang Ahok ‘Nyerocos’ ke Media, Megawati: Selotip Tetap Berjalan Toh?
PDIP Dikabarkan Batal Dukung Anies, Bakal Usung Pramono Anung-Rano Karno di Pilkada Jakarta 2024
Berita ini 32 kali dibaca

Berita Terkait

Jumat, 6 September 2024 - 15:04 WIB

BKN Umumkan Perpanjangan Pendaftaran dan Penyesuaian Jadwal Seleksi CPNS 2024

Jumat, 6 September 2024 - 13:46 WIB

Dana Beasiswa PIP Kemendikbud September 2024 Cair: Cek Rekening Anda Sekarang!

Kamis, 8 Agustus 2024 - 19:18 WIB

Panduan Lengkap Perpanjangan Visa on Arrival (VOA) di Indonesia: Kelayakan, Proses Aplikasi, dan Tips 

Kamis, 18 Juli 2024 - 13:40 WIB

Klarifikasi Penulis Novel Bramana’s Family Dinilai Playing Victim, Netizen Geram dan Tagar #JusticeForNova Menggema

Kamis, 18 Juli 2024 - 12:27 WIB

Terkuak Profesi Hans dan Rita Tomasoa, Pasutri Lansia Tewas Membusuk di Jonggol

Rabu, 17 Juli 2024 - 18:17 WIB

7 Rahasia Mencuci Baju Putih Tetap Cerah dan Bersih

Selasa, 16 Juli 2024 - 20:49 WIB

Tol Ngawi Bojonegoro Kapan Dibangun? Ini Desa yang Terdampak Tol Ngaroban dan Jadwal Pembebasan Lahan

Minggu, 14 Juli 2024 - 18:47 WIB

WhatsApp Kembangkan Fitur Translate Otomatis dalam Chat

Berita Terbaru

Sejumlah ekor mamalia paus terdampar di pesisir pantai di Kabupaten Alor. ANTARA/Ho-warga.

Daerah

BKKPN Selidiki Kasus 50 Ekor Paus Terdampar di Alor NTT

Sabtu, 7 Sep 2024 - 15:40 WIB