“Ada perasaan tak enak pada hati kami saat ditanyakan kemungkinan dukungan pada rencana Sandiaga. Tentu saja, bekerjasama dengan Partai Gerindra selamanya akan kami sambut gembira. Tapi sampai ada keputusan resmi kepada siapa mandat partai diberikan, lebih baik kami pasif saja,” imbuh dia.
Selanjutya, Rachland mengaku kembali menggelar pertemuan dengan utusan Sandiaga beberapa bulan kemudian. Sandiaga juga hadir dalam pertemuan tersebut. Menurut Rachland, saat itu, Sandiaga mengaku jika Prabowo sangat kuat.
“Kami duduk berempat. Tapi pertemuan berakhir cepat. Sandi minta cerita lama dikubur. “Pak Prabowo sangat kuat. Apalagi setelah mendapat dukungan Pak SBY”,” kata Rachland mengutip perkataan Sandi saat itu.
Meski akhirnya Prabowo tetap maju sebagai capres 2019, namun Rachland mengakui kehebatan Sandiaga. Sebab, partai koalisi rela tidak mencalonkan wakil presiden saat itu.
“Kita tahu apa kemudian terjadi. Partai Gerindra mengusung Prabowo Calon Presiden. Adapun Sandiaga: ia jadi Calon Wakil Presiden. Kok bisa? Padahal, mereka berdua kader dari partai yang sama. Kenapa partai anggota koalisi rela lepas haknya? Cuma Sandiaga yang tahu resepnya,” tandas Rachland Nashdik.