Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Sandiaga Uno disebut pernah berusaha mendongkel Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto di Pilpres 2019. Hal itu disampaikan politikus Demokrat, Rachland Nashdik di tengah isu utang Anies Baswedan ke Sandiaga Uno di Pilkada 2017.

Dalam cuitannya di Twitter, Rachland menyinggung upaya Sandiaga di Pilpres 2019 dengan meminta dukungan dari Partai Demokrat. Kendati demikian, dia mengaku jika Sandiaga jauh dari label seorang pengkhianat.

“Siapa khianati Prabowo? Sandiaga Uno pasti jauh dari label itu. Bagaimanapun, ia berada di sebelah Pak Prabowo pada pilpres 2019. Tapi saya punya pengalaman dengan Sandiaga menuju pilpres 2019, saat partai-partai sedang aktif mencari kawan koalisi,” ujar Rachland dalam unggahan di akun Twitternya, seperti dikutip pada, Minggu (12/2).

Rachland mengaku, beberapa bulan sebelum pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) pada 2018 lalu, ia menghadiri pertemuan dengan utusan Sandiaga di sebuah hotel di kawasan Jakarta Selatan.

Dalam pertemuan tersebut, terungkap bahwa Sandiaga ingin maju sebagai capres dari Gerindra.

“Isyu penting yang disampaikan dalam pertemuan adalah niat dan upaya Sandiaga menjadi Calon Presiden dari Partai Gerindra. Wah. Tentu ini info yang dahsyat. Bukankah komunike resmi partai selalu mengumandangkan Pak Prabowo sebagai Calon Presiden? Apa ini? Internal power struggle?,” katanya.

Rachland mengatakan, saat itu pihaknya tidak mau terlibat lebih jauh dan menghormati internal Gerindra. Dia juga meyakini jika Prabowo pasti tidak tinggal diam.

“Kami tentu tak mau terlibat dalam gejolak internal Partai lain, bila benar ada. Kami hormati kedaulatan partai itu sendiri untuk menyelesaikan. Lagi pula, Sandiaga mau dongkel Prabowo? Wow. Kalau pun benar, purnawirawan Letnan Jenderal TNI Prabowo pasti tak akan tinggal diam,” bebernya.

“Ada perasaan tak enak pada hati kami saat ditanyakan kemungkinan dukungan pada rencana Sandiaga. Tentu saja, bekerjasama dengan Partai Gerindra selamanya akan kami sambut gembira. Tapi sampai ada keputusan resmi kepada siapa mandat partai diberikan, lebih baik kami pasif saja,” imbuh dia.

Selanjutya, Rachland mengaku kembali menggelar pertemuan dengan utusan Sandiaga beberapa bulan kemudian. Sandiaga juga hadir dalam pertemuan tersebut. Menurut Rachland, saat itu, Sandiaga mengaku jika Prabowo sangat kuat.

“Kami duduk berempat. Tapi pertemuan berakhir cepat. Sandi minta cerita lama dikubur. “Pak Prabowo sangat kuat. Apalagi setelah mendapat dukungan Pak SBY”,” kata Rachland mengutip perkataan Sandi saat itu.

Meski akhirnya Prabowo tetap maju sebagai capres 2019, namun Rachland mengakui kehebatan Sandiaga. Sebab, partai koalisi rela tidak mencalonkan wakil presiden saat itu.

“Kita tahu apa kemudian terjadi. Partai Gerindra mengusung Prabowo Calon Presiden. Adapun Sandiaga: ia jadi Calon Wakil Presiden. Kok bisa? Padahal, mereka berdua kader dari partai yang sama. Kenapa partai anggota koalisi rela lepas haknya? Cuma Sandiaga yang tahu resepnya,” tandas Rachland Nashdik.