“Penting untuk menekankan bahwa lebih banyak tidak selalu lebih baik, karena tidur berlebihan dapat meningkatkan risiko kardiovaskular,” kata Ordovis.

Peserta penelitian rata-rata berusia 64 tahun dan tidak ada yang memiliki riwayat penyakit jantung.

Mereka cenderung lebih sedikit kelebihan berat badan tapi juga mendapatkan sekitar 45 menit sehari untuk melakukan aktivitas fisik yang cukup hingga lebih dari cukup.

Tim studi menghitung risiko 10 tahun dan 30 tahun peserta mengalami peristiwa jantung serius seperti serangan jantung atau stroke menggunakan kalkulator skor risiko Framingham.

Secara keseluruhan, peserta memiliki risiko 5,9 persen serangan jantung atau stroke dalam 10 tahun kedepam dan risiko 17,7 persen dalam 30 tahun.

Namun, dengan kurangnya 6 jam tidur risiko 10 tahun tersebut naik menjadi 6,9 persen dan risiko 30 tahun meningkat menjadi 20,9 persen.

Penelitian ini bukanlah eksperimen terkontrol yang dirancang untuk membuktikan apakah atau bagaimana kualitas atau kuantitas tidur dapat secara langsung memengaruhi pengerasan pembuluh darah arteri atau menyebabkan serangan jantung dan stroke.

Namun, hasilnya menyoroti pentingnya mendapatkan istirahat yang cukup, kata rekan penulis editorial yang menyertainya, Dr. Daniel Gottlieb, Direktur pusat gangguan tidur di VA Boston Healthcare System.

“Salah satu kunci untuk mendapatkan tidur yang cukup adalah menjadikan tidur sebagai prioritas –dengan mematikan TV, komputer, tablet dan telepon pada jam yang wajar, menjaga jadwal tidur yang teratur, meluangkan waktu untuk bersantai sebelum tidur dan menghindari kafein di sore hari,” kata Gottlieb melalui email.

“Olahraga dan diet yang baik juga dapat membantu meningkatkan kualitas tidur.”