Dampak Komunitas Kristen di Irak

Secara politis, orang Kristen di Irak telah berperan sebagai suara yang signifikan, aktif dalam proses demokratis dan memperjuangkan hak-hak minoritas agama.

Meskipun memiliki lima kursi di parlemen Irak, banyak yang merasa bahwa representasi mereka belum sepenuhnya memadai.

Sejarah Awal Kekristenan di Irak

Pada abad pertama Masehi, Irak adalah bagian dari Mesopotamia, yang merupakan pusat peradaban tertua di dunia. Kekristenan diyakini masuk ke wilayah ini melalui orang Asyur yang kemudian menjadi agama dominan, dengan kota-kota seperti Arbela (Erbil) dan Kirkuk menjadi pusat-pusat penting bagi komunitas Kristen pada abad ke-3.

Situs-Situs Bersejarah Kristen di Irak

Beberapa situs Kristen bersejarah di Irak meliputi Biara Martir Mar Behnam dan Marth Sarah di utara, serta Biara Mor Mattai dekat Mosul. Kedua biara ini, yang didirikan pada abad ke-4, terkait dengan legenda Santo Behnam dan Sarah yang menerima agama Kristen.

Pemisahan Gereja Timur

Gereja-gereja di Mesopotamia berpartisipasi dalam konsili-konsili awal di mana mereka menetapkan doktrin-doktrin keyakinan Kristen.

Namun, perselisihan terkait sifat Maria pada Konsili Efesus tahun 431 menyebabkan pecahnya Gereja Timur dari gereja lainnya, yang kemudian mengembangkan liturgi mereka sendiri dalam bahasa Siria (Aram).

Pergolakan Modern

Di bawah rezim Saddam Hussein, orang Kristen tidak dianiaya secara khusus karena agama mereka, tetapi mereka sering menjadi sasaran penindasan karena status mereka sebagai minoritas etnis dan agama.

Konflik setelah invasi AS/Inggris tahun 2003 meningkatkan tingkat kekerasan terhadap komunitas Kristen, yang juga menghadapi penganiayaan sistematis selama pemerintahan ISIS. Banyak orang Kristen melarikan diri ke wilayah Kurdistan yang lebih aman atau ke negara-negara lain seperti Eropa, Amerika Utara, dan Australia.

Situasi Saat Ini

Saat ini, Gereja Katolik Kaldea adalah kelompok terbesar di antara komunitas Kristen Irak, meskipun jumlah mereka terus menurun.

Gereja Asyur dari Timur, Gereja Lama dari Timur, dan Gereja Ortodoks Suryani juga tetap bertahan dalam jumlah yang lebih kecil.