Tajukflores.com – Siapa Hamas di Palestina? Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center, Ken Setiawan mempunyai kisah yang unik ketika berkunjung ke Palestina dan Israel. Jadi, bisa melihat sisi lain dan sudut pandang yang berbeda.

Berikut kisahnya:

Ketika datang langsung ke Palestina atau Israel, tentunya kita akan melihat banyak fakta lain yang kadang di media sosial tidak sama alias agak berbeda. Terutama ketika kita datang berziarah langsung ke makam bapaknya para nabi yaitu Nabi Ibrahim di Hebron Palestina.

Dalam sejarah, selain diberikan berbagai mukjizat oleh Allah SWT, Nabi Ibrahim juga memiliki anak-anak yang saleh. Nabi Ibrahim memiliki dua anak yakni, Nabi Ismail dan Nabi Ishak dari dua istrinya yang bernama Siti Hajar dan Siti Sarah.

Di Hebron, selain makam Nabi Ibrahim, ada juga makan lain yaitu Makam Siti Sarah Istrinya, makam Nabi Ishak beserta istrinya dan makam Nabi Yusuf.

Diketahui, Nabi Ibrahim mempunyai dua istri, yaitu Siti Hajar di Mekah yang melahirkan Nabi Ismail dan Siti Sarah melahirkan Nabi Ishak dan Nabi Yakub di Palestina.

Karena Nabi Ismail di Mekah makanya bangsa Arab rata-rata adalah generasi Nabi Ismail yang menganut ajaran Islam.

Kalau di Palestina, ada Yahuda dari keturunan Nabi Ishak dan Nabi Yaqub, yang sekarang menjadi kelompok ajaran Yahudi. Jadi, Yahuda atau ajaran Yahudi juga garis keturunan dari Nabi Ibrahim, tapi dari Nabi Yakub dan Nabi Ishak.

Dari keturunan Nabi Ishak dan Nabi Yakub, yang memeluk ajaran selain Yahudi hanya Nabi Yusuf dan Benyamin. Sedangkan Yahuda, sampai sekarang menjadi pemeluk ajaran Yahudi.

Makanya, menurut sejarah Palestina dan Yerusalem, bagi orang Yahudi secara legitimasi agama memang adalah bumi Yahudi. Makanya orang orang Arab, kalau disuruh mengusir orang orang Yahudi dari Palestina tidak begitu respon.

Hal ini karena dalam sejarah Islam, Palestina itu wilayahnya adalah milik Nabi Ibrahim melalui anaknya yang bernama Nabi Ishak, lalu melahirkan Nabi Yaqub dan melahirkan Yehuda yang kini menjadi bangsa Yahudi.

Akhirnya, sampai sekarang seolah menjadi masalah agama dan politik, termasuk pada zaman perpecahan pada tahun 1964-1966.

Jadi, sebetulnya memang dari dulu sudah menjadi masalah agama. Sebab orang Yahudi meyakini bahwa Palestina adalah bumi yang dijanjikan milik mereka. Makanya atas nama kitab suci, mereka berjuang mati-matian mempertahankan sampai sekarang.

Oleh sebab itu, wajar bila sampai pun PBB tidak bisa mendamaikan konflik Palestina dan Israel, karena itu kayakinan kitab suci mereka masing masing.

Orang Yahudi yang hidupnya di luar negara Israel, seperti di Irlandia, Inggris dan Amerika, itu orang kaya raya. Namun, mereka lebih senang tinggal di negara Israel karena dianggap bumi suci nenek moyangnya walaupun tidak pernah damai.

Makanya PBB menawarkan supaya menjadi kota bersama, kota internasional, mereka (Yahudi) menjadi ibu kota mereka. Tapi kata orang Palestina, apa artinya merdeka tanpa Yerusalem.

Kalau dipikir, Islam telah memiliki dua kota suci besar seperti Makkah dan Madinah serta jazirah Arab yang luas dan kaya minyak. Tapi mengapa harus serakah mengambil juga kota kecil Yerusalem yang sebenarnya kota suci buat umat Yahudi dan Kristiani? Siapa sebenarnya yang serakah?

Orang Islam di Palestina juga mempunyai kayakinan bahwa Baitul Maqdis di Yerusalem. Percuma mereka merdeka tanpa Yerusalem, sebab dalam Yerusalem umat Islam meyakini bahwa Nabi Muhamad pernah salat di sana. Sebelum Mi’raj, termasuk Masjid Al Alqsa adalah merupakan kiblat pertama umat Islam di dunia.

Sedangkan kayakinan bagi umat Yahudi, Yerusalem adalah itu milik kakek nenek moyang mereka.

Jadi, sebenarnya kalau melihat lebih dalam, orang Islam dan orang Yahudi itu sebenarnaya misanan. Maka, kalau ada saudara misanan atau saudara sekakek atau senenek, kalau tidak akur dan tidak cocok ya wajar. Sekarang aja banyak yang begitu. Jadi itu sunatullah.

Lucunya adalah, persoalan Palestina dan Israel digoreng sedemikian rupa dengan menyudutkan salah satu pihak untuk provokasi untuk kepentingan tertentu. Misalnya untuk donasi atau penggalangan dana yang tidak jelas penyaluranya, mengais suka diatas duka dan penderitaan.

Padahal di Palestina itu juga ada umat dari agama lain, Nasrani dan Yahudi, termasuk partai komunis juga tumbuh besar disana.

Hamas Mewakili Palestina?

Lalu siapakah Hamas yang sering menyerang Israel? Apakah ini mewakili seluruh rakyat Palestina?

Hamas adalah sebuah ormas sosial keagamaan Ikhwanul Muslimin di Gaza yang berubah menjadi partai politik di Palestina. Jangankan dengan Israel, dengan pemimpin negara Palestina saja kelompok Hamas ini selalu berbeda pendapat.

Kalau di Indonesia, kelompok Ikhwanul Muslimin ini berubah menjadi Partai Keadilan Sosial atau PKS. Sudah tahu kan seperti apa sepak terjang PKS di Indonesia? Oposisi yang paling sering nyinyir terhadap pemerintah.

Di Palestina, Hamas inilah yang sering berkonflik fisik dengan Israel, seolah tidak ada kedamaian. Bahkan di propaganda sedemikian rupa jika telah terjadi pembunuhan massal di sana.

Sama seperti di Indonesia, kelompok PKS ini yang mengklaim telah terjadi kriminalisasi terhadap ulama. Makanya kelompok PKS mengusulkan agar segera dibahas RUU perlindungan ulama. Padahal, ulama dari kelompok PKS lah sebenarnya yang membuat gaduh.

Kelompok PKS ini juga di Indonesia paling getol mengkampayekan dukungan terhadap kelompok Hamas di Palestina. Bahkan dalam aksi demo pun mereka mencetak bendera dan kaus Hamas.

Ada hal yang membuat tidak simpati masyarakat terhadap persoalan ini. Yaitu para pencari dana/donasi untuk dukungan Palestina di Indonesia adalah dominan dari orang orang dari kelompok organisasi sosial dan keagamaan. Sebut saja ACT HTI Ikhwanul Muslimin, FPI dan lain-lain.

Termasuk organisasi politik seperti PKS dan para tokoh agama, tokoh publik serta artis yang meneriakan anti demokrasi, anti terhadap pemerintah yang sah karena dianggap tidak menggunakan hukum Islam, dengan semangatnya mereka mendukung penegakan khilafah atau negara Islam.

Banyak kita jumpai di Indonesia tiba-tiba ada artis mendadak hijrah dan tiba tiba mendukung penegakan khilafah atau negara Islam. Padahal, kita tahu bahwa dalam tiga hari saja Palestina meluncurkan 1.500 roket ke wilayah Israel. Dari mana dana mereka dapatkan untuk membeli ribuan roket?

Khawatirnya penggalangan donasi untuk kelompok Hamas di Palestina justru digunakan untuk pembelian senjata yang justru akan memperburuk situasi, bukan digunakan untuk bantuan sosial. Berkaca seperti kasus di suriah yang kini hancur.

Ditambah lagi dengan seiring semakin banyaknya negara Arab yang berdamai dengan Israel saat warga Palestina terpecah secara politik, serta karena masalah ini tidak jadi agenda utama pemimpin Israel. Sulit melihat bagaimana upaya menuju perdamaian dapat dibuat oleh kedua negara.

Bagi kelompok Ikhwanul Muslimin, mereka berkeyakinan tidak dapat menjalankan ajaran agama dengan kaffah kalau tidak berkuasa atau punya kekuasaan. Jadi, mereka akan berjuang totalitas agar dapat berkuasa penuh. Termasuk Ikhwanul Muslimin di Indonesia yang telah berubah menjadi PKS tidak akan bisa terima siapapun yang berkuasa kecuali kelompoknya.