Menurut Charles, dengan managemen dan strategi pasar yang ditingkatkan, beras dari petani akan dipasarkan ke industri pariwisata Labuan Bajo.

” Hasil ini kita dorong ke pariwisata, dan mendorong perdagangan beras bersama pengusaha untuk kita pasok ke Hotel, Supermarket, Restauran, dan Kapal kapal phinisi. Jika ini koefisien, maka kita kenakan pajak 10% tanpa mengurangi pemotongan kepada petani, bisa menjadi 164 miliar, dan ini hanya soal beras saja, belum hortikultura, perkebunan, apa lagi pariwisatanya”, tuturnya.

Charles yakin, apabila langkah ini berjalan maka utang dana pinjaman Rp250 miliar bisa dituntaskan dalam waktu dua tahun.

“Artinya potensi Lumbung pangan kita di Lembor, Lembor Selatan, dan Welak bisa diberdayakan. Badan pangan di Mabar kita siap beli dari petani, saya yakin kita sudah bisa selesaikan dalam 2 Tahun, dan tidak akan utang lagi. Bahkan kabupaten tetangga kita yang akan berutang dengan kita”, uajar Charles.

Fakta yang terjadi Saat ini menurutnya, beras lokal tidak bisa masuk dalam kebutuhan industri pariwisata.

“Saya sedih hari ini, beras kita dari Lembor, lembor Selatan dan Welak tidak semuanya masuk dipasar premium, karena beras untuk pariwisata didatangkan dari luar Manggarai Barat. bahkan Bulog pun menyiapkan beras Medium dan Premium yang dipasarkan di pasar premium”, ucap Ignasius Charles Angliwarman.