Kisah dimulai dengan Orpa yang menunggu kepulangan Martha (Irma Novita Rihi), anak sulungnya yang bekerja sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia.

Namun, ketika Martha pulang, dia tidak hanya membawa rasa sakit emosional, tetapi juga luka fisik dan trauma yang mendalam karena telah menjadi korban kekerasan seksual di tempat kerjanya.

Martha ternyata mengalami kekerasan seksual dari majikannya di Malaysia yang dipanggil Datuk. Alih-alih mendapatkan bantuan karena menjadi korban kekerasan, Martha justru malah menjadi korban kekerasan seksual lagi di kampung halamannya.

Martha, yang telah menjadi korban dua kali, harus melawan stigma dan kesulitan dalam mendapatkan dukungan untuk memperjuangkan haknya.

Dengan pengarahan yang cermat dari Jeremias Nyangoen, film ini menyoroti secara detail kondisi sosial dan budaya di Pulau Rote, serta menggambarkan dengan kuat ketegangan antara tradisi dan modernitas, serta antara kebutuhan akan keadilan dan tekanan sosial untuk mempertahankan martabat.

Setiap adegan dalam film ini ditampilkan dengan detail yang teliti, memberikan pemahaman yang mendalam tentang kompleksitas masalah kekerasan terhadap perempuan dan perjuangan mereka untuk mendapatkan keadilan.

Melalui penampilan yang mengesankan dari para aktor dan aktrisnya, Women from Rote Island berhasil menyoroti kekuatan perempuan dan solidaritas di antara mereka, sambil menggambarkan realitas keras yang dihadapi oleh korban kekerasan seksual.