Tajukflores.com – “Marilah kita merefleksikan kembali arti penting mengenai keberadaan kita yang tercipta melalui relasi”. Itu pesan penting Paus Fransiskus pada pesta Santo Fransiskus dari Sales, pada 24 Januari 2019.

Bagi umat Katolik, Santo Fransiskus dari Sales dipercaya sebagai pelidung para penulis, guru, politisi dan birokrat. Paus Pius XI mengangkatnya sebagai pelindung para jurnalis. Sebagai Pujangga Gereja, Fransiskus dari Sales sangat cocok diangkat sebagai pelindung para “kuli tinta”.

Sifat kesabaran ulung pada para penulis dan junalis (mungkin) menjadi doanya terus-menerus di surga. “Never be in a hurry; do everything quietly and in a calm spririt. Do not lose your inner peace for anything whatsoever, even if your hole world seems upset”.

Kecermatan dan profesionalisme harus menjadi virtue utama bagi para penulis dan jurnalis. Begitu kira-kira pesan Santo Fransiskus dari Sales.

Dalam kecermatan itu ada dalam kesabaran. Memang, “time won’t wait for me”, kata Mick Jagger. Tetapi pada waktulah kita belajar kesabaran: perlahan tetapi pasti.

Omnia tempora haben: segala sesuatu ada waktunya.Soal waktu, Filsuf Prancis, Paul Virilio, melihat ada percepatan kultural akibat perubahan drastis teknologi komunikasi. Bukan hanya jurnalis, publik pun terburu-buru dalam tindak berkomunikasi. Ingin cepat-cepat.

Dalam jebakan itu, Paul Virilio menulis, “there are no pessimists; there are only realists and liars”. Memang tak ada kaum pesimistis, hanya ada mereka yang realistis dan pembohong juga oportunis.

Yang jelas, publik tak ingin jurnalis berbohong. Tentu itu karena tak ada jurnalis pembohong. Kalau berita bohong alias hoax itu ada. Hoax itu “anak piara” dalam marga politik. Ia menjadi pion untuk menghantam musuh-musuh politik. Caranya, menghasut dan menggiring mosi tidak percaya kepada politisi dan penguasa tertentu.

Dalam drama hoax itulah politisi oportunis ikut nimbrung. Maka betul anjuran Santo Fransiskus dari Sales: never be in a hurry! Semua yang terburu-buru itu berasal dari setan.

Tak perlu menjadi seorang “dromolog”: semua serba cepat. Jika itu perlu, bersikaplah secara festina lente!: cepat tapi cermat!

Jurnalis (juga penulis) kadang kalah dengan kesabarannya sendiri. Ingin jadi pemberita pertama, berita ditulis tanpa konfirmasi yang berimbang.

Berita kadang tak memenuhi kaidah 5W dan 1H. Asal ada informasi “manusia gigit anjing”, langsung diberitakan. Tak peduli itu terjadi di ruang privat atau publik. Padahal kita perlu kembali memeriksa hasil kerja tulisan.