Profil Soerjadi Soerjadarma

Dikutip dari Ensiklopedia Dunia, Marsekal TNI (Purn.) Elang Soerjadi Soerjadarma adalah tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah militer dan penerbangan Indonesia. Ia menjabat sebagai Panglima ABRI dari 1959 hingga 1962, serta sebagai Kepala Staf TNI Angkatan Udara dari 1946 hingga 1962.

Soerjadi Soerjadarma lahir di Banyuwangi pada tanggal 6 Desember 1912. Ia dibesarkan dengan nilai-nilai kebangsaan dan semangat pantang menyerah.

Ia memiliki garis keturunan dari Keraton Kanoman, Cirebon, dan ayahnya, Raden Suryaka Suryadarma, bekerja sebagai pegawai bank di Banyuwangi.

Elang kehilangan kedua orangtuanya pada usia yang masih sangat muda dan kemudian dibesarkan oleh keluarga kakeknya di Jakarta.

Meski demikian, sejak muda, Soerjadi Soerjadarma menunjukkan ketertarikan pada dunia penerbangan, terinspirasi oleh kisah-kisah para penerbang legendaris.

Tekadnya mengantarkannya menempuh pendidikan di ELS, HBS, dan KMA Breda, Belanda, akademi militer bergengsi yang melahirkan para perwira tangguh. Pada tahun 1934, Soerjadi Soerjadarma lulus dengan pangkat Letnan Dua, siap mengukir kiprahnya di angkasa.

Soerjadi Soerjadarma, yang diakui sebagai pendiri dan Bapak AURI, tidak hanya memainkan peran penting dalam pengembangan bidang kemiliteran di dunia penerbangan, tetapi juga sebagai pelopor dalam penerbangan komersial di Indonesia.

Pendidikan dan Karir Militer Soerjadi Soerjadarma

Elang Soerjadi Soerjadarma menempuh pendidikan di ELS (Europeesche Lagere School) dan kemudian melanjutkan ke Hoogere Burgerschool te Bandoeng (HBS Bandung) sebelum pindah ke Koning Willem III School te Batavia – HBS di Jakarta.

Namun, untuk mencapai cita-citanya sebagai penerbang, ia harus menyelesaikan pendidikan perwira di Koninklijke Militaire Academie (KMA) di Breda, Belanda, karena persyaratan menjadi penerbang adalah menjadi perwira militer terlebih dahulu.

Setelah lulus dari KMA pada bulan September 1934, Soerjadi Soerjadarma melayani dalam Angkatan Darat Belanda di Nijmegen dan kemudian dipindahkan ke Batalyon I Infanteri di Magelang.

Namun, minatnya yang besar dalam penerbangan membawanya kembali ke jalur penerbangan, dan ia berhasil memulai pendidikan penerbang di Sekolah Penerbang Kalijati pada Desember 1937.

Selama Perang Dunia II, Soerjadi memiliki pengalaman yang kaya dalam berbagai operasi udara. Ia terkenal dengan keberaniannya sebagai navigator, terlibat dalam pengeboman kapal-kapal tentara Jepang di Tarakan pada 13 Januari 1942. Untuk jasanya, ia dianugerahi “The Bronze Cross” oleh Pemerintah Belanda.

Selama periode pra-kemerdekaan, Elang turut serta dalam pengembangan minat dirgantara melalui pendirian Aeroclub dan pengembangan pendidikan dan latihan penerbangan militer. Selama periode 1945-1949, ia terlibat dalam pembentukan pasukan payung pertama di Indonesia, Pasukan Gerak Tjepat (PGT).

Pada 1 September 1945, Elang ditugaskan oleh Presiden Soekarno untuk membentuk Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) dan kemudian diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara (KASAU) pertama pada 9 April 1946.

Pada tanggal 18 Februari 1960, jabatannya ditingkatkan menjadi Menteri/Kastaf AURI.

Selama tahun 1950-an, Elang Soerjadi Soerjadarma memprioritaskan pendirian sekolah-sekolah pendidikan dan latihan penerbangan. Ia juga terlibat dalam negosiasi pengambilalihan KNILM/KLM menjadi Garuda Indonesia Airways (GIA) serta mendukung upaya Nurtanio Pringgoadisuryo dalam membangun industri penerbangan Indonesia.

Pada tahun 1962, Soerjadi Soerjadarma mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Kepala Staf Angkatan Udara sebagai dampak dari peristiwa Pertempuran Laut Aru. Namun, ia tetap aktif dalam berbagai kegiatan pasca-pensiun dan dikenal sebagai tokoh yang berperan besar dalam sejarah penerbangan Indonesia.

Pada akhir hayatnya, Elang Soerjadi Soerjadarma meninggal pada 16 Agustus 1975, dan pengabdiannya terhadap bangsa dan negara dihargai dengan pengukuhan sebagai Bapak Angkatan Udara Republik Indonesia. Selama karirnya, ia menerima 22 penghargaan dari dalam dan luar negeri atas jasanya.