Jakarta – Produksi jagung pada Maret 2024 diprediksi surplus sekitar 600 ribu ton. Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun 2022. Perkiraan produksi mencapai 1,95 juta ton, sedangkan kebutuhan hanya 1,35 juta ton.

Namun, Peternak unggas petelur meminta jaminan pemerintah terkait mutu produksi jagung tersebut, terutama kadar air (KA) untuk pakan ternak yang harus 14-15 persen.

Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN), Yudianto Yosgiarso, menjelaskan kadar air pakan ternak ideal adalah 14-15 persen. Jika lebih, akan berbahaya bagi ternak unggas, seperti memicu berbagai penyakit.

Selama ini, kadar air jagung lokal masih di atas 20 persen, sedangkan jagung impor 14 persen. Jagung lokal menjadi mahal karena harus melalui proses pengeringan di perusahaan atau pedagang besar di Indonesia untuk mencapai standar pakan ternak 14-15 persen.

Baca Juga:  Indonesia Timur Bangkit: Pertumbuhan Ekonomi Tertinggi Didukung Investasi Infrastruktur

“Sekarang kami beli jagung dengan harga 8.000 per kg,” kata Yudianto dalam perbincangan dengan RRI Pro 3, Sabtu (16/3).

Oleh karena itu, selain jaminan mutu, peternak juga meminta pemerintah membantu petani dan memberdayakan koperasi-koperasi peternak untuk memiliki pengering jagung hasil panen. Hal ini diharapkan dapat menekan harga jagung pakan ternak dengan kadar air standar.

Saat ini, kebutuhan jagung sebagai pakan ternak mencapai 250 ribu ton sebulannya dan masih dipenuhi dari hasil panen lokal. Peternak berharap harga jagung tidak semahal sekarang, yaitu Rp8.000-Rp9.000 per kg.

“Harga idealnya sekitar Rp6.000 per kg. Harga itu masih di atas Harga Pokok Penjualan (HPP) di tingkat petani RP4.200 per kg dan di tingkat peternak Rp5.000 per kg,” ujar Yudianto.

Baca Juga:  Harga Emas Antam 24 Maret 2024 Apakah Naik? Cek Grafik dan Rincian Harga Per Gramnya di Logam Mulia Hari Ini

Yudianto menambahkan, jika panen jagung Maret 2024 ini bisa surplus, harga jagung seharusnya bisa lebih murah, dengan syarat pengeringnya tidak dikuasai pedagang besar.

“Karena tetap saja peternak akan membeli dengan harga mahal. Sehinga akan berpengaruh terhadap harga telur dan ayam yang dijual ke masyarakat,” sambungnya.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) bersama Kementerian (Kementan) Pertanian melakukan panen raya jagung di lahan food estate Desa Tewai Baru, Kecamatan Sepang, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah, Senin (11/3).

Hasil panen jagung di lahan food estate tersebut sekitar 25 ton dari panen di lahan seluas lima hektare. Adapun produktifitas lahan sekitar lima ton per hektare.