Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap Nikson Nababan mencapai 78,3%, Edy Rahmayadi 77,8%, dan Bobby Nasution 46,7%.
Kepercayaan ini didasarkan pada pengalaman kepemimpinan, di mana Nikson Nababan memiliki pengalaman dua periode sebagai Bupati Tapanuli Utara, Edy Rahmayadi satu periode sebagai Gubernur Sumut, dan Bobby Nasution satu periode sebagai Wali Kota Medan.
Dalam simulasi head to head antara Nikson Nababan dan Bobby Nasution, Nikson unggul dengan elektabilitas 47,3% dibanding Bobby dengan 42,4%.
Sedangkan dalam simulasi antara Edy Rahmayadi dan Bobby Nasution, Edy unggul dengan elektabilitas 37,6% dibanding Bobby dengan 31,2%.
Zaeni mengatakan, survei PSI yang dilaksanakan pada 19-31 Juli 2024 ini menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 2,38% pada tingkat kepercayaan 95%.
Hasil survei menunjukkan korelasi identitas primordial kandidat dan pilihan pemilih di Sumatra Utara. Nikson Nababan unggul di Kota Medan, Karo, Kabupaten Pematang Siantar, Samosir, Nias, Nias Utara, Nias Selatan, Nias Barat, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Humbang Hasundutan, Tapanuli Tengah, Sibolga, Dairi, Simalungun, dan Pakpak Bharat.
Sementara Edy Rahmayadi unggul di Deli Serdang, Langkat, Binjai, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Batubara, Asahan, Tanjung Balai, Tapanuli Selatan, Padang Sidimpuan, Mandailing Natal, Labuhan Batu Utara, dan Labuhan Batu Selatan.
Proporsi keragaman penduduk Sumatra Utara yang terdiri dari berbagai suku dan agama juga mempengaruhi pilihan masyarakat terhadap calon gubernur.
Populasi di Sumatra Utara terdiri dari suku Jawa (33,4%), Batak Toba (22,3%), Batak Mandailing (9,6%), Nias (7,1%), Melayu (6,1%), Batak Karo (5,5%), dan lainnya. Sementara dari sisi agama, terdapat 66% pemeluk Islam, 31,4% Kristen, dan 3% agama lain.
“Proporsi keragaman penduduk ini tersebar tidak merata dan menciptakan kantong etnisitas dan agama sebagai dasar bagi masyarakat untuk memilih calon gubernurnya,” kata Zaeni.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.