VF duduk di teras rumahnya, Selasa, 16 Agustus 2022 siang. Matanya seperti tak pernah berkedip menyaksikan ekskavator yang sedari pagi terus menggali tanah, tepat di depan rumahnya di Kampung Cumbi, Desa Warloka, belasan kilometer dari Kota Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat.
Laki-laki 55 tahun ini seperti tak berdaya, membiarkan semua halaman depan rumahnya itu digusur untuk pembukaan jalan selebar sekitar 23 meter. Halaman yang tadinya cukup luas, kini sudah tak ada lagi.
Hanya selangkah dari pintu rumahnya, terpampang sebuah jurang menganga, sedalam sekitar 10 meter. Bahkan, fondasi sisi depan rumah itu terancam ambruk, karena tanah-tanah sudah dikeruk ekskavator.
Untuk akses masuk dan keluar rumah, VF dan keluarganya pun tak bisa lagi melewati pintu depan, karena sudah terhalang oleh hasil gusuran tadi. Beruntung, masih ada satu pintu di samping rumahnya yang bisa dijadikan akses masuk atau keluar rumah.
Selain rumah VF, sejumlah rumah lainnya di Kampung Cumbi juga terlihat mengalami hal yang sama. Pantauan Tajukflores.com, ada tiga buah rumah yang berkeadaan serupa akibat penggusuran tanah untuk pembukaan jalan tersebut.
Dari keterangan VF, sesuai kesepakatan sebelum pembukaan jalan ini, memang tidak ada perjanjian ganti rugi atas setiap lahan atau rumah yang akan terkena dampak pembukaan jalan menuju Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tana Mori itu.
Menurutnya, pemerintah memang mewanti-wanti tidak ada ganti rugi. Pada sisi lain, saat proyek pembukaan jalan ini diumumkan, warga juga menyambutnya dengan antusias.
“Sebagai masyarakat kami mendukung adanya pembangunan. Tidak ada kesepakatan ganti rugi tanah atau pun rumah,” kata VF ketika berbincang dengan Tajukflores.com.
Proyek APBN
Sehari sebelum peryaaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-77 kemerdekaan RI, Tajukflores.com menyusuri proyek jalan ini. Perjalanan dimulai dari Desa Gorontalo di sekitaran kota Labuan Bajo, menuju Desa Golo Mori. Kampung Cumbi yang terletak di Desa Warloka, merupakan salah satu kampung yang dilalui oleh proyek jalan ini.
Perjalanan yang ditempuh cukup menguras energi. Apalagi, kondisi jalan belum rampung dikerjakan, masih berupa tanah. Debu pun bertebaran saat Tajukflores.com memacu sepeda motor.
Butuh waktu sekitar 2 jam lamanya untuk sampai di tempat tujuan. Nantinya, bila proyek jalan tersebut sudah selesai, jarak tempuh ini akan terpangkas hanya sekitar 30 menit dari kota Labuan Bajo.
Sepanjang perjalanan, aktivitas pengerjaan jalan cukup ramai. Truk-truk besar lalu-lalang melintas sepanjang proyek jalan tersebut.
Alat-alat konstruksi baik ekskavator maupun buldoser juga sibuk mengeruk dan meratakan tanah. Selain pembangunan jalan, sejumlah jembatan besar juga terlihat sedang dibangun.
Berdasarkan informasi yang ada pada papan informasi proyek, nama kegiatan yang sedang dilakukan itu ialah `Proyek Peningkatan, Pembangunan Jalan dan Jembatan Labuan Bajo-SP. Nalis-SP. Kenari, SP. Kenari-Tanamori, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur`.
Proyek ini memiliki sumber dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dengan total nilai kontrak sebesar Rp475.532.128.014, termasuk Pajak Penambahan Nilai (PPN).
Secara lebih rinci, lingkup pekerjaannya terdiri dari tiga bagian. Pertama, peningkatan struktur perkerasan sepanjang 6,41 km. Kedua, pembangunan jalan sampai perkerasan sepanjang 18,34 km, dan ketiga pembangunan jembatan 175 meter.
Masa pelaksanaan proyek ini ialah 222 hari kalender terhitung dari tanggal kontrak 21 April 2022, dengan kontraktor pelaksana ialah PT Wijaya Karya (Persero), Tbk., dan kontraktor pengawas yaitu PT. Yodya Karya (Persero).
Pembangunan Jalan untuk KEK
Proyek pembangunan jalan dan jembatan ini dilakukan untuk membuka akses ke kawasan Golo Mori. Di sana akan dikembangkan sebuah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang dinamakan KEK Tana Mori.
KEK Tana Mori adalah kawasan khusus ekonomi pariwisata. Nantinya, di sana akan dibangun hotel, resor dan tempat-tempat pameran dan konferensi (MICE).
Sebelum bertemu VF di Kampung Cumbi, Desa Warloka, pada hari yang sama, Tajukflores.com sudah ke Desa Golo Mori untuk bertemu dan berbincang-bincang dengan kepala desa setempat terkait adanya pembangunan jalan untuk KEK tersebut.
Samila, Kepala Desa Golo Mori mengatakan, proyek pembangunan jalan ke Golo Mori ini disambut antusias warga setempat karena hal tersebut membuka keterisolasian Golo Mori selama ini.
“Kami sangat antusias menyambut itu (KEK). Kenapa saya katakan antusias? Yang pertama, desa kami selama ini sangat terisolasi sekali, dengan adanya rencana pembangunan KEK itu, sekarang sudah terbuka isolasi itu,” tutur Samila.