Ketika api merambat membakar padang rumput, semak belukar dan hutan mereka akan menari-nari mengitari hutan sambil bersorak dan bersiul sembari berjaga-jaga apabila ada binatang yang ingin menghindarkan diri dari serangan api agar mereka dapat membunuhnya.

Usai para lelaki berhasil memperoleh binatang buruan, mereka kembali ke tempat pemukiman dengan sorak sorai. Sorak sorai tersebut akan terdengar oleh kaum perempuan yang tinggal di pemukiman. Para perempuan akan keluar menjemput para pemburu dan memukul bunyi-bunyian sambil menari bersama-sama.

Anggota kelompok masyarakat atau komunitas akan saling bergandengan tangan dan menari berputar-putar laksana suatu lingkaran yang mengelilingi pusatnya.

Di tengah lingkaran terdapat api unggun sebagai lambang atau simbol penolong masyarakat Suku Dawan. Sambil mengitari api unggun, para pemburu mendendangkan syair atau pantun yang menuturkan tentang peristiwa perburuan yang telah mereka lakukan, syair ini akan diikuti oleh para penari yang lain.

Adanya api unggun di tengah lingkaran Bonet, sampai saat ini masih dapat dijumpai yang mana merupakan warisan kebiasaan dari zaman dahulu. Dimana para pemburu menggunakan api sebagai penolong dalam perburuan. Api juga memiliki keterkaitan sebagai lambang dari Dewa Matahari yang merupakan sumber energi dan penerang di dalam kehidupan manusia.

Artikel ini dilansir telah dipublikasikan di kebudayaan.kemdikbud.go.id

Lihat Tarian Bonet dan tarian lainnya di video berikut: