Jakarta – Paus Fransiskus menggunakan kata “terorisme” untuk menggambarkan serangan Israel di Jalur Gaza. Hal itu disampaikannya dalam sebuah pembicaraan telepon yang penuh ketegangan dengan Presiden Israel Isaac Herzog pada akhir Oktober 2023.

“Dilarang menanggapi teror dengan teror,” kata Paus Fransiskus kepada Herzog, yang dikutip dalam pemberitaan The Washington Post.

Selama panggilan telepon itu, Presiden Israel menyatakan bahwa pemerintahnya bertindak sesuai kebutuhan di Gaza untuk membela rakyat Israel.

Paus merespons dengan mengatakan bahwa “mereka yang bertanggung jawab memang harus dimintai pertanggungjawaban, tetapi bukan warga sipil.”

Namun, pembicaraan Fransiskus-Herzog dianggap sangat kontroversial sehingga Israel memutuskan untuk tidak memublikasikannya.

Vatikan menolak memberikan klarifikasi apakah Paus Fransiskus secara terbuka atau pribadi menyebut tindakan Israel di Gaza sebagai “terorisme.”

Dalam pernyataan kepada The Washington Post, Vatikan mengakui adanya pembicaraan telepon antara Fransiskus dan Presiden Isaac Herzog.

“Panggilan telepon tersebut, sama seperti panggilan telepon lainnya, dilakukan dalam konteks upaya Bapa Suci yang bertujuan untuk membendung kegawatdaruratan dan meluasnya situasi konflik di Tanah Suci,” ujar juru bicara Vatikan.

Sementara itu, juru bicara di Kantor Kepresidenan Israel menolak memberikan komentar terkait laporan tersebut, menyatakan bahwa mereka tidak dapat mempublikasikan percakapan pribadi.

Bantah Pakai Diksi Genosida

Sebelumnya, Paus Fransiskus bertemu dengan delegasi keluarga sandera Israel yang ditahan oleh Hamas dan keluarga Palestina yang tinggal di Gaza di Vatikan pada Rabu, 22 November 2023. Delegasi tersebut terdiri dari 12 orang Israel dan 10 orang Palestina yang bertemu dengan Paus selama 20 menit.

Mereka berkesempatan menceritakan kisah mereka kepada Paus Fransiskus dan menyampaikan keinginan mereka untuk perdamaian.

Setelah pertemuan, Paus Fransiskus menyatakan bahwa konflik antara Hamas dan Israel bukan lagi perang, melainkan terorisme. Ia mendesak untuk bertekun dalam doa bagi semua orang yang menderita karena perang di berbagai belahan dunia, termasuk Ukraina, Israel, dan Palestina.

Paus Fransiskus juga menyatakan bahwa Islam tidak sama dengan terorisme. Meskipun ada laporan bahwa Paus Fransiskus dalam pertemuan tersebut telah menyebut apa yang terjadi di Gaza sebagai “genosida,” namun Vatikan menyangkal bahwa Paus telah menggunakan istilah tersebut.

Direktur Kantor Pers Tahta Suci, Matteo Bruni menyatakan bahwa Paus menggunakan “istilah yang telah dia ungkapkan sendiri” selama audiensi umum dan kata-kata yang bagaimanapun juga mewakili situasi mengerikan yang dialami Gaza.” (*)