Komitmen ini dirumuskan setelah mendengar paparan dari Dini Pramita, aktivis Jaringan Advokasi Tambang (JATAM), yang mengulas masalah lingkungan di Indonesia akibat industri ekstraktif, serta Ahmad Maulana, aktivis sosial yang menangani komunitas marginal di bantaran Sungai Ciliwung, Jakarta.

Dini Pramita menyoroti pola-pola pemiskinan yang disebabkan oleh proyek-proyek ekstraktif di Indonesia, yang merampas lahan warga setempat dan memaksa masyarakat hidup berdampingan dengan bencana, seperti yang terjadi di Kalimantan, Maluku, dan wilayah lainnya.

Ia mengkritik bahwa proyek-proyek tersebut sering kali dilakukan “atas nama pembangunan berkelanjutan, transisi energi, transisi bersih, dan transisi berkeadilan.”

Baca Juga:  Sebastian Salang Ajak Jaga Pancasila, Ketua KWI: Jadilah Duta Bhineka Tunggal Ika!

Ahmad Maulana, dalam pemaparannya, menggambarkan lingkungan Jakarta yang “semakin tidak ramah lagi.” Ia menyoroti penurunan ruang terbuka hijau di Jakarta yang saat ini hanya mencapai sekitar 5% dari luas kota, jauh di bawah standar ideal 30%. Hal ini, menurutnya, membuat kualitas udara semakin buruk dan sungai-sungai tercemar menjadi hal yang biasa.

Tokoh Muslim, Budhy Munawar-Rachman, menekankan pentingnya peran agama-agama dalam mendorong konservasi lingkungan dan aksi iklim.

Dalam Islam, konsep khalifah menekankan bahwa manusia adalah penjaga bumi yang bertanggung jawab melindungi ciptaan Tuhan, sejalan dengan ensiklik Laudato Si dari Paus Fransiskus.

Baca Juga:  Wabub Nagekeo: Pancasila Harus Tertanam di Hati yang Suci

Romo Yohanes Kristoforus Tara, dari divisi advokasi Komisi Justice, Peace and Integrity of Creation (JPIC) Fransiskan, menyatakan bahwa mereka telah menjalankan beberapa poin komitmen dalam upaya advokasi terhadap masalah pertambangan, geothermal, dan isu lingkungan lainnya.

Dialog ini juga merupakan bagian dari persiapan menyambut kunjungan Paus Fransiskus ke Jakarta bulan depan, dengan tujuan memperkuat persaudaraan semesta dan meningkatkan kesadaran akan masalah ekologi sebagai masalah kemanusiaan.

Dengan komitmen bersama ini, para tokoh agama dan aliran kepercayaan bertekad memperkuat upaya menjaga bumi sebagai rumah bersama, serta mendorong perubahan konkret di kalangan umat masing-masing.