“Marilah kita bersama-sama menjaga demokrasi dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai dan banggakan,” lanjutnya.

Menurutnya, dalam lima tahun terakhir, terutama menjelang Pemilu 2024, mereka merasa terpanggil untuk menggalang semangat dan memulihkan demokrasi yang terpukul.

“Negara kami terlihat kehilangan arah akibat kecurangan dalam perebutan kekuasaan, kehilangan etika, merusak kebudayaan, dan hakikat bangsa.”

“Kami, Sivitas Akademika Universitas Indonesia, prihatin atas kerusakan tatanan hukum dan demokrasi. Kehilangan etika berbangsa dan bernegara, terutama korupsi dan nepotisme, telah merusak kemanusiaan dan merampas akses keadilan bagi kelompok miskin terhadap pendidikan, kesehatan, layanan publik, dan kualitas hidup,” ujarnya.

Ia menambahkan bahwa keserakahan tanpa landasan akademis, akal sehat, dan kendali atas nafsu telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan keanekaragaman hayati.

“Mereka lupa bahwa di dalam hutan, di tepi sungai, danau, dan pantai, terdapat manusia, flora, fauna, dan keberlanjutan budaya masyarakat adat bangsa kita,” tandasnya.