Ruteng, Tajukflores.com – Uskup Ruteng, Mgr Siprianus Hormat, Pr, mengeluarkan Surat Gembala kepada para imam dan seluruh umatnya dalam menyongsong pemilu yang akan berlangsung pada 14 Februari 2024.
Surat Gembala tersebut memuat ajakan dan pedoman bagi umat Katolik dalam berpartisipasi aktif dalam proses pemilihan presiden (pilpres) dan wakil rakyat (pileg) tahun 2024.
Surat Gembala Uskup Ruteng yang diterbitkan pada Selasa, 16 Januari 2024, menekankan pentingnya pelaksanaan hak pilih secara bebas dan bertanggung jawab.
Uskup Ruteng mengutip ajaran Konsili Vatikan II (GS 75) yang mendorong umat Katolik untuk memilih pemimpin yang berkomitmen terhadap kesejahteraan umum, bukan hanya kepentingan keluarga atau kelompok tertentu.
Dalam suratnya, Uskup Ruteng juga memberikan kriteria pemilihan pemimpin, termasuk kemampuan, integritas, komitmen terhadap kesejahteraan umum, dan keberagaman sosial.
Ia menegaskan perlunya memilih pemimpin yang dapat menegakkan empat pilar kebangsaan, yakni NKRI, Bhineka Tunggal Ika, Pancasila, dan UUD 45.
Uskup Ruteng menugaskan para pemuka agama, terutama imam dan pimpinan umat di paroki, stasi, ICBG, lembaga, dan komunitas, untuk memberikan pemahaman dan bantuan spiritual serta moral kepada umat. Khususnya, kaum muda diminta untuk memilih dengan hati nurani yang jernih.
Surat Gembala juga mengandung seruan kepada calon pemimpin dan pendukungnya untuk bertarung secara jujur, menolak hoaks dan manipulasi, serta menggelorakan semangat persaudaraan dan kebangsaan.
Uskup Ruteng mengingatkan agar penyelenggara pemilu, aparat negara, dan instansi terkait menjalankan tugasnya dengan netral, jujur, dan bertanggung jawab.
Pemilu pada tanggal 14 Februari 2024, yang bertepatan dengan hari Valentine dan setelahnya Rabu Abu, menjadi momentum penting bagi umat Katolik. Uskup Ruteng berharap agar pemilu ini berlangsung dengan lancar, jujur, dan damai, serta hasilnya dapat diterima dengan sportif.
Surat Gembala Uskup Ruteng mengajak umat Katolik untuk tetap menjaga situasi tenang dan nyaman di wilayah mereka menjelang Pemilu. Dengan doa dan semangat kasih, diharapkan Pemilu kali ini dapat menciptakan keberkahan dan keadilan bagi bangsa Indonesia.
Berikut isi lengkap Surat Gembala Uskup Ruteng seperti dikutip Tajukflores.com, Selasa:
Para imam dan seluruh umat beriman yang dikasihi Tuhan!
Pesta demokrasi Pemilu pada tanggal 14 Februari 2024 telah berada di ambang pintu. Saat itu kita akan memilih Presiden dan Wakil Presiden, serta para Wakil Rakyat dari pusat sampai daerah yang menentukan nasib bangsa ini.
Oleh sebab itu saya mengajak kita semua untuk berpartisipasi secara aktif, sesuai dengan hati nurani dalam Pemilu ini.
Konsili Vatikan II (GS 75) mendorong kita untuk menggunakan hak pilih secara bebas dan bertanggungjawab dalam memilih pemimpin bangsa yang berkomitmen terhadap kesejahteraan umtun (bonum commune), dan bukannya kepentingan keluarga (bonum jamiliae) atau kesejahteraan kelompok sendiri saja.
Dewasa ini kita sedang mengalami situasi kehidupan bangsa yang tidak mudah, yang diwarnai oleh empat tantangan besar. Pertama, kemiskinan masih meliliti kehidupan banyak orang (di Manggarai Raya 20,78%, pada tahun 2022) dan kesulitan ekonomi yang dipicu oleh meningkatnya harga pangan.
Program Bansos memang perlu untuk mereka yang sedang berada dalam situasi darurat (emergency), tetapi hal ini mesti dibarengi oleh program untuk meningkatkan kemandirian dan menciptakan kesempatan kerja bagi generasi muda. Tentu haruslah dihindari pula agar Bansos tidak dijadikan alat politik Pemilu oleh pihak tertentu.
Kedua, korupsi masih mewarnai kehidupan bangsa yang didukung oleh tergerusnya proses demokrasi. Indeks korupsi Indonesia menurut Lembaga Transparensi Internasional meningkat dan berada di peringkat 110 dunia pada tahun 2022.
Sementara itu ada kesan bahwa tindakan hukum terhadap korupsi berciri “tebang pilih”. Ironisnya justru tidak sedikit oknum penegak hukum yang terjerumus dalam penyalahgunaan wewenang dan perilaku korupsi.
Bapa Suci Paus Fransiskus mengkritik keras korupsi dan menyebutnya sebagai “perilaku iblis”, karena orang menyembah uang dan melawan Allah sebagai sumber kebahagiaan sejati.
Menurutnya, korupsi merupakan “wabah sosial terburuk”, karena orang mencari keuntungan pribadi dengan kedok melayani masyarakat (Sambutan dalam Konferensi Bisnis Katollik Intemasional di Vatikan, tanggal 17 Nov 2016).
Ketiga, perubahan iklim yang menimbulkan pemanasan global yang dasyat. Fenomena ini kita alami secara nyata dalam perubahan cuaca dan kekeringan yang berakibat pada “gagal tanam dan gagal panen” produksi pertanian dan perkebunan, sumber utama kehidupan masyarakat kita. Pemanasan global ini berdampak serius path krisis pangan, krisis air, krisis energi dan krisis kemanusiaan.
Oleh karena itu Keuskupan Ruteng dalam tahun 2024 ini mengusung program pastoral Ekologi Integral HPS: Harmonis, Pedagogis, Sejahtera. Yaitu gerakan bersama dengan semua pihak untuk melestarikan ibu bumf dan merawat semua mahkluk ciptaan.
Keempat, bonus demografi. Dalam tahun-tahun ke depart, kits akan mengalami peningkatan jumlah penduduk dengan usia kerja atau produktif (15-64 tahun) yang lebih banyak dari jumlah penduduk usia tidak produktif (lansia dan anak-anak). Kondisi ini dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi bangsa melalui pasokan tenaga kerja produktif
Peningkatan kuantitas ini tentu harus Pula dibarengi oleh penguatan kualitas SDM, yang membutuhkan kapasitas kepemimpinan yang mumpuni.
Bertolak dari konteks situasi bangsa di atas, saya mengajak kita semua untuk mencari dan menentukan pemimpin bangsa yang tepat dalam Pemilu yang akan datang.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.