Situs Liang Bua ini memiliki sejarah bagi peradaban orang-orang Flores. Dilansir dari Wikipedia tentang Liang Bua, diterangkan bahwa di tempat inilah ditemukannya tengkorak manusia purba dengan nama Latin “Homo Floresiensis”.

Tengkorak ini ditemukan di kedalaman 6 meter, dengan tinggi badan mencapai 100 cm dan berat 25 kg. Dari simpulan penelitian para arkeolog, tengkorak tersebut diperkirakan berasal dari manusia yang hidup pada 18.000 tahun yang lalu.

Selain itu, di Liang Bua, para peneliti juga menemukan rangka binatang seperti kadal, kura-kura, dan gajah purba. Berbagai rangka binatang tersebut ditemukan di kedalaman 10,7 meter.

Para peneliti meyakini bahwa pada zaman dahulu, Liang Bua merupakan tempat hunian para manusia prasejarah mulai dari Zaman Batu (Paleolitikum), Zaman Batu Madya (Mesolitikum), Zaman Batu Muda (Nesolitikum), hingga Zaman Logam (Paleometalitikum).

Penelitian atas Liang Bua itu sendiri pertama kali dilakukan pada tahun 1930, yakni ketika Indonesia masih dijajah oleh Belanda.

Kemudian pada tahun 1950-an hingga 1960-an, seorang misionaris sekaligus arkeolog berkebangsaan Belanda bernama Theodor L. Verhoeven menunjukkan potensi arkeologis dan paleontologis di Liang Bua.

Petunjuk ini kemudian ditindaklanjuti oleh Pusat Penelitian Arkeologis Indonesia. Sejak saat itulah, hingga saat ini, para peneliti atau arkeolog terus melalukan penggalian dan penelitian di Liang Bua.*