Denpasar – Beberapa insiden yang melibatkan oknum warga Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT) di Bali dalam kurun waktu singkat belakangan ini, menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Insiden terbaru melibatkan pengeroyokan terhadap seorang Babinsa TNI oleh 9 pemuda asal Sumba di sebuah tempat hiburan malam.

Menanggapi hal tersebut, seorang tetua Sumba yang telah merantau di Bali selama 20 tahun, memberikan imbauan kepada para perantau Sumba. Ia menekankan bahwa kedatangan mereka ke Pulau Dewata bertujuan untuk mencari penghidupan, bukan untuk menimbulkan masalah.

Ia menyerukan pentingnya menghormati aturan dan budaya lokal, serta menjaga sikap dan perilaku yang baik untuk membangun hubungan baik dengan masyarakat Bali.

“Kami datang bukan membuat kalian takut, merasa bersalah. Justru kita datang mau bantu kalian supaya orang lokal, orang Bali tidak usir kalian dari sini,” ujar Jhon, seperti dikutip Tajukflores.com dari video TikTok @kbatmr, Rabu (28/2).

Jhon menggarisbawahi adanya beberapa insiden yang melibatkan warga Sumba di Bali dalam kurun waktu satu bulan, termasuk pengeroyokan Babinsa TNI dan perkelahian antar kelompok pemuda Sumba.

Ia berpendapat bahwa perilaku oknum ini dapat berdampak buruk bagi citra dan hubungan masyarakat Bali dan Sumba secara keseluruhan. Bahkan, kata dia, dampak dari kejadian yang terus berulang, saat ini banyak orang lokal menolak kos-kosannya untuk ditempati orang Sumba.

“Di luar sana sekarang, banyak orang (Sumba) kos ditolak, banyak penghuni kos dikasih keluar, banyak orang di tempat kerja dipecat hanya karena dia orang Sumba. Karena apa? Karena kelakuan kita orang Sumba.

Menurut tetua Sumba tersebut, kasus demi kasus yang terjadi akhir-akhir ini sungguh menyakitkan bagi orang Bali.

Mengapa? Kita datang ke daerah mereka, mencari makan di sini, dan diterima dengan baik, tetapi malah membuat keributan. Bagaimana mungkin polisi, orang lokal, dan tentara tidak marah? Perilaku kita memancing amarah mereka,” ungkap dia.