Frans Teguh juga menegaskan bahwa sudah ada kebijakan yang mendukung pengembangan pariwisata di NTT, namun perlu ada eksekusi dan kontrol yang lebih baik.

Contohnya soal pengaturan kapal wisata di Labuan Bajo. Saat ini, kata dia, terdapat sekitar 400-450 kapal wisata yang beroperasi di Labuan Bajo setiap hari. Menurutnya, kapal-kapal ini tidak dapat berfungsi sebagai floating hotel karena belum ada regulasi yang mengatur.

“Nah, ini perlu kita atur secara baik, demikian juga dengan keamanan pelayarannya,” kata Frans Teguh.

Sementara itu, dalam webinar yang sama, wartawan senior Kompas Rikard Bagun menekankan pentingnya visi dan aksi nyata untuk mendorong pengembangan ekonomi di sektor pariwisata khususnya di Labuan Bajo, NTT.

“Untuk mengembangkan Labuan Bajo dan Flores secara keseluruhan dari segi pariwisata itu perlu visi dan imajinasi bahwa pariwisata memang penting untuk pengembangan ekonomi untuk kesejahteraan masyarakat NTT, masyarakat Flores,” kata Rikard Bagun.

Rikard mengatakan, visi yang kuat harus didukung oleh program aksi yang jelas dan terukur. Ia juga menyoroti pentingnya koordinasi dan sinkronisasi antar berbagai pihak terkait, baik di tingkat pusat maupun daerah.

“Tetapi visi baru bermakna kalau didukung oleh program aksi. Masalahnya, visi itu kuat tapi pelaksanaannya dan eksekusinya kedodoran ini tantangan yang perlu dipikirkan,” tegasnya.

Rikard Bagun juga menekankan pentingnya promosi wisata Labuan Bajo hingga ke mancanegara. Ia mengatakan, Indonesia perlu bersaing dengan negara lain dalam menarik wisatawan mancanegara.