Tajukflores.com – Calon wakil presiden nomor urut 1 Muhaimin Iskandar atau Cak Imin berjanji mengembangkan wisata halal Indonesia jika terpilih dalam Pilpres 2024. Dia mengatakan akan menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata halal terbesar di dunia dan tak ada lagi wisata haram.

Pernyataan Cak Imin tentang “wisata haram” menimbulkan polemik karena berpotensi meresahkan masyarakat karena dianggap sebagai bentuk islamisasi destinasi.

Setelah timbul polemik, Cak Imin mengklarifikasi pernyataannya. Menurut ketua umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini, wisata halal hanya memberikan aksesibilitas yang lebih luas kepada wisatawan untuk mendapatkan pelayanan halal.

Cak Imin juga menegaskan bahwa wisata Indonesia adalah destinasi yang menghargai pluralitas. Wisata halal tidak berarti semua destinasi harus dipaksakan menjadi halal.

Menggiurkan, tapi…

Konsep wisata halal memang memiliki potensi yang menggiurkan. Indonesia merupakan negara dengan jumlah umat muslim terbanyak di dunia, sehingga memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan Muslim mancanegara.

Selain itu, konsep wisata halal juga berpotensi untuk menggerakkan roda perekonomian dalam negeri. Namun, di balik potensi menggiurkan ini, lurks bayang-bayang intoleransi yang tak boleh diabaikan.

Penerapan wisata halal idealnya tak ubahnya seperti menggelar karpet merah bagi wisatawan Muslim. Fasilitas seperti restoran halal, musholla, dan area sholat tersebar dan mudah diakses.

Informasi mengenai kehalalan produk dan aktivitas wisata pun tersaji lengkap. Tak hanya memikat turis domestik, konsep ini pun diharapkan menjadi magnet bagi turis Muslim mancanegara.

Menilik potensi ekonomi, wisata halal bukan sekadar slogan. Bayangkan hotel-hotel ramah keluarga dengan area bermain anak dan kolam renang terpisah, resto halal dengan aneka ragam kuliner Nusantara, dan paket wisata religi yang menyasar situs-situs sejarah Islam. Jelas, potensi ini tak bisa dipandang sebelah mata.