Tajukflores.com – Penerimaan calon siswa (casis) Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) Polda NTT tahun 2024 masih menjadi perbincangan hangat, bahkan adanya isu jika casis yang lulus merupkan titipan pihak tertentu.

Pasalnya, dari 11 casis Akpol yang lolos seleksi, hanya 1 yang merupakan putra daerah NTT, sedangkan 10 lainnya berasal dari luar NTT, bahkan 4 di antaranya diduga berasal dari Jakarta.

Dugaan ini semakin diperkuat dengan lolosnya anak Kapolda NTT, Irjen Pol. Daniel Tahi Monang Silitonga, dan beberapa casis lain yang memiliki kemiripan nama dengan sekolah di Jakarta.

Tapi benarkah casis Akpol Polda NTT merupakan titipan?

Penelusuran Tajukflores.com, beberapa dari casis tersebut diduga memiliki latar belakang pendidikan yang tidak berasal dari NTT:

1. Arvid Theodore Situmeang: SMP Regina Caeli, SMA Negeri Unggulan M.H Thamrin, Jakarta, Cipayung Jakarta Timur.

2. Yudhina Nasywa Olivia: SMA Negeri I Kupang, pernah mengikuti lomba renang dalam ajang Danlantamal VII Cup 2022.

3. Timothy Abishai Silitonga: SMP Tarakanita I, dan SMA Negeri Taruna Nala Jawa Timur.

4. Madison Juan Raphael Kana Silalahi: kemungkinan dari SMA Unggul Del, sebuah sekolah menengah atas swasta yang berada di Desa Sitoluama, Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.

Perlu dicatat, meskipun ada kemiripan nama, belum bisa dipastikan apakah mereka adalah orang yang sama.

Sebelumnya, beredarnya percakapan WhatsApp seorang ibu yang mengaku anaknya tidak lulus meskipun memiliki nilai lebih tinggi dari anak Kapolda NTT.

Dalam percakapan tersebut, ibu dari calon taruna itu menyebutkan bahwa nilai anaknya lebih tinggi dibandingkan dengan anak Kapolda NTT, baik dalam tes akademik maupun fisik.

Ibu tersebut mengeluhkan bahwa anaknya memiliki nilai tes yang lebih baik dan tinggi badan yang memenuhi syarat, namun tetap tidak lulus.

“Ini kena geser Catar Akpol, padahal nilai tes diatas anak Kapolda. Tingginya 187 cm. ,” ujar wanita tersebut dalam percakapan WhatsApp yang beredar di media social Facebook, dikutip Tajukflores.com, Minggu (7/7).

Dia juga menyoroti adanya syarat minimal dua tahun Kartu Keluarga (KK) yang tidak diterapkan dengan konsisten, serta dugaan adanya peserta yang lolos seleksi melalui jalur khusus atau “titipan”.

“Waktu mau daftar, dong (mereka) bilang harus ada KK minimal 2 tahun. Padahal anak sekolah dari tahun 2021. Nah anak Kapolda su (sudah) berapa lama di NTT?,” katanya.

Ibu itu juga membandingkan nilai anaknya dengan anak Kapolda NTT, Irjen Pol. Daniel Tahi Monang Silitonga. Ia menyebut bahwa saat tes seleksi casis Akpol oleh Panda Polda NTT, nilai dari anaknya dianggap unggul dibandingkan dengan anak Kapolda NTT.

“B (beta/saya) punya anak nilai matematika 100, bahas inggris 100. Anak Kapolda nilainya psikotest 64, b punya sulung 70,” beber ibu tersebut.

Respon Polda NTT

Kapolda NTT Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga menegaskan bahwa penerimaan casis Akpol, Bintara, hingga Tamtama Polri telah melalui mekanisme yang berlaku dan tanpa intervensi.

“Saya selaku Kapolda tidak bisa intervensi atau mempengaruhi hasil yang di laksanakan oleh Panitia yang diawasi oleh Internal Polri maupun pengawas eksternal dari masyarakat, perwakilan orang tua dan akademisi,” kata Daniel kepada wartawan Sabtu (6/7), dikutip dari Pos Kupang.

Kabid Humas Polda NTT Kombes Ariasandy menyatakan bahwa proses rekrutmen dilakukan secara terbuka dan transparan.

“Sehingga lulusan SMA/SMK yang memenuhi syarat bisa mendaftar ke Polres. Proses seleksi administrasi dilakukan secara berjenjang di tingkat Polres dan Panda Polda NTT,” jelasnya.

Ariasandy menambahkan bahwa selama proses rekrutmen berlangsung, pengawasan ketat dilakukan oleh internal maupun eksternal Polri.

“Selama pelaksanaan proses, semua tahapan diawasi secara ketat oleh pengawas internal (Itwasda dan Propam) serta pengawas eksternal dari berbagai kalangan seperti IDI, Himpsi, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, jurnalis, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pemuda dan Olahraga, LLDikti, Bidang Meteorologi,” terangnya.

Setiap tahapan tes, lanjut Ariasandy, dilakukan secara transparan dengan sistem one day service di mana hasilnya langsung diumumkan pada hari itu juga.

“Ujian psikologi dan akademik dilakukan menggunakan sistem CAT dengan fasilitas laboratorium komputer di sejumlah sekolah di Kota Kupang,” ujarnya.

Ariasandy menekankan bahwa panitia tidak dapat mengubah hasil perolehan nilai karena sudah diolah dalam sistem dan peserta sudah mengetahui nilai setiap selesai tahapan pendaftaran.

“Seluruh hasil tes langsung ditayangkan dan ditandatangani peserta serta pengawas. Setiap habis pelaksanaan tes, peserta juga dipersilahkan mengisi survei kepuasan yang dilakukan secara terbuka,” ungkapnya.