Labuan Bajo – Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Kebudayaan (Disparekrafbud) Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) melatih dua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) di Desa Wae Lolos, Kecamatan Sano Nggoang, dalam menyusun paket wisata desa pada Minggu, 15 Desember 2024.

Pelatihan ini merupakan sesi terakhir dari rangkaian kegiatan selama tiga hari, yang dimulai sejak Jumat, 13 Desember 2024.

Rangkaian tersebut berfokus pada penguatan kapasitas desa wisata dalam penyusunan paket wisata, promosi dan pemasaran, pengelolaan homestay, serta manajemen keuangan desa wisata.

Disparekrafbud menghadirkan dua narasumber utama, yaitu Gregorius Beribe dan Aloysius Suhartim Karya dari Politeknik Elbajo dan Komodo Trekker Indonesia. Mereka memberikan pelatihan kepada Pokdarwis Cunca Plias dan Pokdarwis Kampung Ceria yang mengelola potensi wisata di Desa Wisata Wae Lolos.

Gregorius menekankan pentingnya memahami perbedaan antara desa wisata dan wisata desa.

“Desa wisata menekankan interaksi dengan masyarakat setempat, sementara wisata desa hanya berfokus pada objek wisata di desa tersebut,” jelasnya.

Menurutnya, penyusunan paket wisata harus disesuaikan dengan potensi yang dimiliki desa, apakah itu kegiatan berbasis objek wisata atau interaksi dengan warga desa.

Gregorius menilai Wae Lolos memiliki potensi lengkap, mulai dari air terjun, kampung adat, hingga berbagai aktivitas masyarakat yang bisa dikemas dalam paket wisata menarik.

Sementara itu, Aloysius menegaskan bahwa penyusunan paket wisata harus diawali dengan identifikasi potensi desa secara mendalam.

“Potensi yang dimiliki harus diidentifikasi dengan detail sebagai dasar penyusunan paket wisata,” ujar Aloysius.

Paket wisata yang dibuat harus mencakup komponen utama, seperti transportasi, akomodasi, konsumsi, jasa pemandu wisata (tour leader), dan perhitungan harga.

Aloysius menambahkan, Pokdarwis Wae Lolos tidak hanya dapat menjual paket wisata air terjun, tetapi juga pengamatan burung, kampung adat, kerajinan tangan, hingga budaya lokal seperti Sanda dan tarian Caci.

“Harga paket wisata harus kompetitif, seimbang dengan kualitas dan fasilitas yang disediakan. Integritas dalam bisnis wisata sangat penting untuk menjaga kepercayaan dan kenyamanan wisatawan,” tegasnya.

Program Fasmadewi

Program Fasilitasi Masyarakat Desa Wisata (Fasmadewi) merupakan inisiatif Disparekrafbud Manggarai Barat yang telah berjalan beberapa tahun terakhir.

Pada tahun 2024, program ini dilaksanakan di dua desa wisata, yakni Desa Wae Lolos dan Desa Siru, sejak Maret 2024.

Kepala Disparekrafbud Manggarai Barat, Stefanus Jemsifori, menegaskan bahwa Pemkab Manggarai Barat berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan desa wisata melalui kolaborasi dengan berbagai stakeholders.

“Substansi dari kegiatan ini adalah komitmen pemerintah dalam mendukung pengembangan Desa Wisata Wae Lolos melalui program Fasmadewi,” ujar Jemsifori.

Ia menambahkan bahwa program ini sejalan dengan status Labuan Bajo sebagai Destinasi Super Prioritas (DSP). Potensi wisata di Manggarai Barat, baik wisata alam maupun budaya, harus ditata dan dikelola dengan serius.

“Kami berkomitmen untuk menata desa wisata secara serius. Tahun ini, kami melaksanakan program Fasmadewi di dua desa wisata dan menyiapkan fasilitator terpilih untuk mendampingi masyarakat desa wisata,” pungkasnya.