Serpong – Aksi penyerangan terhadap sekelompok mahasiswa Katolik yang sedang berdoa Rosario di Kelurahan Babakan, Kecamatan Satu, Tangerang Selatan (Tangsel) pada Minggu (5/5) malam, menuai kecaman keras dari berbagai pihak. Diduga, Ketua RT setempat bernama Diding menjadi provokator dalam aksi penyerangan dan pembubaran doa Rosario yang dilakukan mahasiswa Katolik tersebut.

Diding selaku Ketua RT justru memprovokasi massa untuk menyerang para mahasiswa Katolik yang tengah doa Rosario dengan berteriak “Hei, bangsat, kalau kalian tidak bubar saya panggil warga!” saat para mahasiswa sedang khusyuk berdoa.

Massa yang datang membawa berbagai macam senjata tajam seperti samurai, cerulit, dan balok. Mereka menyerang para mahasiswa dan membubarkan paksa kegiatan doa Rosario.

Akibat penyerangan ini, 12 mahasiswa Katolik menjadi korban, dua di antaranya mengalami luka sayatan senjata tajam yang cukup serius. Selain itu, seorang pria muslim yang berusaha melindungi para mahasiswa juga turut dibacok.

Beruntungnya, kejadian ini berhasil dihentikan oleh massa warga sekitar yang beragama Islam. Mereka kemudian membantu menyelamatkan para mahasiswa dan melaporkan kasus ini ke Polres Tangerang Selatan.

Kronologi versi Ketua RW

Menurut laporan, warga merasa terganggu dengan kegiatan tersebut dan mencoba untuk menegur mereka. Namun, teguran tersebut tidak digubris, sehingga terjadi konfrontasi antara warga dengan kelompok mahasiswa.

Ketua RW 002, Marat, menyatakan bahwa kegiatan mahasiswa tersebut telah menjadi keluhan tetangga sebelumnya karena kerapnya kumpul-kumpul di lokasi tersebut.

Meskipun kegiatan tersebut sebelumnya tidak menimbulkan masalah, namun jumlah mahasiswa yang berkumpul menjadi persoalan bagi sebagian warga.

“Sejauh ini memang sudah dikeluhkan sama warga dan akhirnya RT bertindak. Memang rutin kumpul dan ada ibadah juga,” ujar Marat, Senin (7/5).

Dalam insiden tersebut, terjadi pertikaian dan penggunaan senjata tajam. Marat mengakui bahwa meskipun sudah dilarang, salah satu warganya membawa pisau dapur yang digunakan dalam pertikaian tersebut.

Ia juga mengklaim bahwa warganya dipukul duluan oleh mahasiswa, sehingga memicu emosi.

“Itu sudah dilarang sudah. Ada satu memang yang bawa dan emang karena emosi. Pisau dapur. Pertama memang RT menegur, dan memang karena ini rame. Warga saya juga dipukul duluan. Dia dipukul duluan makanya emosi. Dia enggak terima,” kata dia.

Seorang mahasiswa, Farhan Rizky Rhomadon, menjadi korban dalam insiden tersebut ketika ia berusaha untuk melerai pertikaian antara warga dan penghuni kos yang sedang berdoa Rosario. Ia terluka dan harus menjalani tiga jahitan di bagian kepala.

Selain itu, ada juga seorang penghuni rumah kontrakan lain yang diduga menjadi korban.

Pihak kepolisian dari Polres Tangerang Selatan telah menerima laporan tentang insiden tersebut dan sedang melakukan penyelidikan. Mereka juga telah memeriksa sejumlah saksi terkait peristiwa tersebut.