Tajukflores.com – Kapolda Nusa Tenggara Timur (NTT) Irjen Daniel Tahi Monang Silitonga angkat bicara terkait unggahan viral di media sosial yang mempertanyakan lulusnya 11 calon siswa (casis) Akpol asal Polda NTT.

Nama-nama 11 casis Akpol asal Polda NTT tersebut mendapat sorotan netizen karena mayoritas dianggap bukan putra asli NTT melainkan memiliki marga Batak.

Adapun 11 casis Akpol itu adalah Yudhina Nasywa Olivia (Wanita), Arvid Theodore Situmeang, Reynold Arjuna Hutabarian, Mario Christian Bernalo Tafui, Bintang Lijaya, Ketut Arya Adityanatha, Brian Lee Sebastian Manurung, Timothy Abisai Silitonga, Muhammad Rizq Sanika Marzuki, Madison Juan Raphael Karna Silalahi, dan Lucky Nuralamsyah.

Netizen Protes 11 Casis Taruna Akpol Polda NTT 2024 Lolos ke Mabes Polri Diduga Bukan Orang Asli NTT
11 casis Taruna Akpol Polda NTT 2024 yang dinyatakan lulus, selanjutnya akan dikirim ke Mabes Polri. Foto: Tribrata

Kapolda NTT asal Sumatera Utara (Sumut) ini menegaskan bahwa penerimaan casis Akpol, Bintara, hingga Tamtama Polri telah melalui mekanisme yang berlaku dan tanpa intervensi.

“Saya selaku Kapolda tidak bisa intervensi atau mempengaruhi hasil yang di laksanakan oleh Panitia yang diawasi oleh Internal Polri maupun pengawas eksternal dari masyarakat, perwakilan orang tua dan akademisi,” kata Daniel kepada wartawan Sabtu (6/7), dikutip dari Pos Kupang.

Kabid Humas Polda NTT Kombes Ariasandy menyatakan bahwa proses rekrutmen dilakukan secara terbuka dan transparan.

“Sehingga lulusan SMA/SMK yang memenuhi syarat bisa mendaftar ke Polres. Proses seleksi administrasi dilakukan secara berjenjang di tingkat Polres dan Panda Polda NTT,” jelasnya.

Ariasandy menambahkan bahwa selama proses rekrutmen berlangsung, pengawasan ketat dilakukan oleh internal maupun eksternal Polri.

“Selama pelaksanaan proses, semua tahapan diawasi secara ketat oleh pengawas internal (Itwasda dan Propam) serta pengawas eksternal dari berbagai kalangan seperti IDI, Himpsi, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, jurnalis, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pemuda dan Olahraga, LLDikti, Bidang Meteorologi,” terangnya.

Setiap tahapan tes, lanjut Ariasandy, dilakukan secara transparan dengan sistem one day service di mana hasilnya langsung diumumkan pada hari itu juga.

“Ujian psikologi dan akademik dilakukan menggunakan sistem CAT dengan fasilitas laboratorium komputer di sejumlah sekolah di Kota Kupang,” ujarnya.

Ariasandy menekankan bahwa panitia tidak dapat mengubah hasil perolehan nilai karena sudah diolah dalam sistem dan peserta sudah mengetahui nilai setiap selesai tahapan pendaftaran.

“Seluruh hasil tes langsung ditayangkan dan ditandatangani peserta serta pengawas. Setiap habis pelaksanaan tes, peserta juga dipersilahkan mengisi survei kepuasan yang dilakukan secara terbuka,” ungkapnya.

Sebelumnya diberitakan, kelulusan 11 casis Taruna Akademi Kepolisian (Akpol) asal Polda NTT tahun 2024 menuai protes dari netizen.

Pasalnya, mayoritas casis yang lolos ke Mabes Polri untuk mengikuti seleksi selanjutnya diduga bukan asli orang NTT.

Protes ini muncul di media sosial setelah pengumuman kelulusan casis Taruna Akpol Panda Polda NTT tahun ajaran 2024 pada Rabu (3/7).

Dari 11 casis yang lolos, mayoritas berasal dari daerah tertentu, sehingga memicu kecurigaan netizen bahwa proses seleksi tidak berjalan transparan dan adil.

Beberapa netizen mempertanyakan mekanisme seleksi dan meminta Polda NTT untuk memberikan penjelasan terkait asal usul para casis yang lolos.

“Ini Polda NTT atau Polda Sumut?,” tulis seorang netizen di kolom komentar akun Facebook El Asamau yang membagikan informasi nama-nama 11 Casis Taruna Akpol Polda NTT yang lulus, dikutip Tajukflores.com, Sabtu (6/7).