Tajukflores.com – Kabid Humas Polda NTT Kombes Pol Ariasandy menegaskan bahwa proses pendaftaran peserta seleksi siswa calon taruna (catar) Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 2024 dilakukan secara terbuka dan transparan.
Pernyataan ini disampaikan untuk menanggapi isu yang menyebutkan bahwa Polda NTT kurang memprioritaskan putra dan putri daerah dalam seleksi tersebut.
“Siapa saja boleh mendaftar, dan tidak ada yang ditutup-tutupi selama proses seleksi,” ujar Ariasandy di Kupang, Senin, (8/7), dikutip dari Antara.
Penerimaan calon siswa (casis) atau catar Akpol Polda NTT tahun 2024 diwarnai kegaduhan. Pasalnya, dari 11 casis Akpol yang lolos, hanya 1 yang merupakan putra daerah NTT, sedangkan 10 lainnya berasal dari luar NTT, bahkan 4 di antaranya disebut berasal dari Sumatera Utara (Sumut).
Atau enam kuota reguler hanya ada beberapa putra daerah yang lolos, sisanya disebut dari provinsi lain.
Munculnya dugaan nepotisme semakin diperkuat dengan lolosnya anak Kapolda NTT, Irjen Pol. Daniel Tahi Monang Silitonga.
Mantan Kapolres Timor Tengah Selatan (TTS) itu mengatakan bahwa dari tiga kuota reguler itu terdapat tiga peserta yang lahir dan besar di NTT dan dinyatakan lolos ke pusat.
“Lalu ada dua orang yang sejak SD sudah tinggal di NTT, sehingga tidak benar jika dikatakan bahwa kurang prioritaskan putra dan putri NTT,” tegas Ariasandy.
Dalam proses perekrutan, lanjut Ariasandy, pengawasan dilakukan secara ketat, tidak hanya dari internal Polda NTT, tetapi juga dari pihak eksternal, mulai dari Jurnalis, Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Himpsi, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pemuda dan Olahraga, LLDikti, Bidang Meteorolog.
Bahkan, kata dia, setelah ujian selesai hasil ujian langsung diumumkan, saat peserta ujian keluar dari ruangan ujian, sehingga setiap peserta bisa mengetahui hasil ujian masing-masing.
Hal ini, ujar Ariasandy, dilakukan agar jika ada yang tidak puas dengan hasil ujiannya bisa langsung mengajukan protes di lokasi ujian kepada panitia.
Ariasandy juga menambahkan bahwa ujian dilaksanakan sistem CAT menggunakan fasilitas laboratorium komputer di sejumlah sekolah di Kota Kupang.
Ujian psikologi dan akademik dilakukan menggunakan sistem CAT menggunakan fasilitas lab komputer di sejumlah sekolah di Kota Kupang.
Menurut Ariasandy, dalam proses penerimaan Taryna Akpol juga mekanismenya sudah sesuai dengan aturan yang ada. Tidak ada yang bisa melakukan intervensi atau mempengaruhi hasil yang ada.
Kabag Dalpers Biro SDM Polda NTT, AKBP Sajimin, menjelaskan bahwa seleksi ini diikuti oleh 86 peserta, terdiri dari 70 pria dan enam wanita.
Setelah berbagai tahapan seleksi yang dimulai dari pemeriksaan administrasi hingga supervisi dari Mabes Polri, hanya 20 peserta yang berhasil melanjutkan ke tahap akhir, dengan rincian 17 pria dan 3 wanita.
Mabes Polri memberikan alokasi kuota sebanyak 11 orang untuk Polda NTT, yang terbagi menjadi lima orang dari kuota Mabes dan enam orang dari kuota reguler.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.