JakartaKementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menjamin keberadaan penyedia jasa internet berbasis satelit, Starlink, tidak akan menggerus bisnis penyedia layanan internet lokal.

Perusahaan milik Elon Musk itu saat ini telah mengantongi izin penyelenggaraan telekomunikasi sudah didapatkan dan tinggal melaksanakan Uji Laik Operasi (ULO)

Menurut Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika, Usman Kansong, pemerintah memikirkan dengan matang perihal kehadiran Starlink di Indonesia. Pemerintah juga memikirkan dampak ekonomi perihal kehadiran Starlink di Indonesia. Sebba, pemerintah telah mengkaji kehadiran Starlink, perusahaan milik Elon Musk itu.

“Saya sampaikan aspek ekonominya termasuk di dalamnya kita lihat apakah kedatangan investor asing itu akan menganggu atau pun menggerus perusahaan-perusahaan lokal. Tentu ini sudah melalui kajian,” kata Usman di Kantor Kemenkominfo, Jakarta Pusat, Jumat (3/5).

Usman mengatakan pemerintah akan menata kompetisi bisnis jika perusahaan asing itu beroperasi di Indonesia. Tujuannya, agar persaingan bisnis dilakukan secara sehat. Pada sisi lain. penataan kompetisi bisnis dilakukan agar mengutamakan pelayanan publik.

“Pelayanan akan diutamakan,” ucap Usman.

Usman mengimbau agar operator lokal tak perlu khawatir dengan kompetisi. Sebab, menurut Usman, kompetisi bisnis lebih hidup jika ada persaingan.

“Saya kira kita tidak perlu takut dengan kompetisi. Adanya perusahaan asing apa pun itu dalam hal ini Starlink, maka ini akan mendorong operator lokal kita meningkatkan layanannya,” tutur Usman.

Tak Akan Laku di Jakarta

Usman memastikan Starlink, tak akan beroperasi di Jakarta. Pasalnya, Starlink hanya menyasar masyarakat pelosok daerah yang belum mendapatkan akses internet.

“Starlink di IKN dan daerah-daerah yang belum terjangkau internet di Indonesia,” kata Usman.

Berdasarkan data milik Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), baru 78,9 persen penduduk indonesia yang mengakses internet, sisanya belum mendapatkan akses. Dia mengatakan kehadiran Starlink diharapkan bisa mengakomodasi mereka yang belum mendapatkan akses internet.

“21 persen ini bisa disimpul Starlink akan masuk,” tutur Usman.

Menurut Usman, layanan internet berbasis satelit dibatasi geografis tertentu. Ia menyebut layanan berbasis satelit tak bisa digunakan di Jakarta. Pasalnya, kata dia, saat ini operator layanan internet di Jakarta menggunakan Fiber Optik, lebih canggih dari yang berbasis satelit.

“Fiber optik, kan, teknologi yang paling stabil dalam teknologi komunikasi, teknologi stabil mahal dia. Lebih mahal dari satelit, lebih mahal dari BTS,” tutur Usman Kansong.

Kehadiran Starlink di Indonesia dikhawatirkan menjadi ancaman persaingan bisnis ISP atau penyedia jasa internet. Apalagi, saat ini, Starlink telah mengantongi izin penyelenggaraan telekomunikasi.

Hub dan infrastruktur untuk mendukung VSAT sudah dibangun Starlink. Selain itu,

Adapun uji laik operasi direncanakan akan dilakukan di Ibu Kota Negara (IKN) pada Mei 2024 ini, tetapi tanggalnya belum dipastikan.

Jika pada percobaan tersebut berjalan lancar dan memenuhi ULO, Starlink berpeluang mendapat izin untuk sepenuhnya beroperasi. Kehadirannya setara dengan ISP yang sudah berjalan di Indonesia lainnya. Tentu saja, pemberian izin turut memastikan Starlink sudah memenuhi semua ketentuan dalam peraturan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia.