Tajukflores.com – Di tengah duka dan kepedihan akibat tanah longsor dan banjir bandang yang menghantam Desa Simangulampe, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara, terdapat sebuah kisah luar biasa yang menunjukkan kuasa Allah itu nyata. Gereja Stasi Santo Mikael Simangulampe, Paroki St Fidelis Dolok Sanggu yang terletak di desa tersebut, terhindar dari amukan banjir bandang yang menghantam wilayah tersebut beberapa hari lalu.

Banjir bandang yang menyertai batu-batu besar hanya sampai di depan gereja tersebut, seolah-olah ada keajaiban yang melindungi Gereja Stasi Santo Mikael Simangulampe dari kehancuran yang meluas akibat bencana alam tersebut.

Warga yang mengalami kehilangan dan kepedihan akibat bencana ini mencatat peristiwa di mana arus banjir dan bebatuan besar yang menerjang Desa Simangulampe berhenti tepat di depan Gereja Katolik Stasi Santo Mikael Simangulampe.

“Kuasa Allah nyata di tengah bencana alam. Arus batu-batu besar muntahan mulut lembah yang menyembut kuat menghempas Desa Simangulampe tiba-tiba berhenti di depan Gereja Katolik Stasi St Mikael,” demikian disampaikan akun TikTok Uskup Agung Medan, Mgr Kornelius Sipayung, O.F.M. Cap.

Gereja Katolik Stasi Santo Mikael Simangulampe
Gereja Stasi Santo Mikael Simangulampe, Paroki St Fidelis Dolok Sanggu, Keuskupan Agung Medan terhindar dari amukan banjir bandang yang menerjang wilayah itu. Foto tangkap layar (Tajukflores.com)

Menurut akun tersebut, batu-batu besar itu tiba-tiba berhenti dan seolah-olah bersujud menghadap rumah Tuhan yang dilindungi oleh Malaikat Agung Mikael.

Sementara kejadian banjir bandang itu sendiri berlangsung selama sekitar 10 menit, memulai awalnya dari luapan air dari sebuah sungai kecil di antara dua bukit di desa tersebut.

“Batu-batu ini berhenti dan sujud menghadap rumah Tuhan yang dilindungi Malaikat Mikael,” lanjut akun tersebut.

Sementara itu, Direktur Perencanaan dan Pengawasan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), menyebutkan bahwa bencana banjir tersebut berakar pada pendangkalan sungai dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Asahan Toba.

Curah hujan yang tinggi di hulu sungai menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya banjir tersebut. Kapasitas pengaliran sungai yang lebih kecil dari debit banjir, ditambah dengan pendangkalan alur sungai, memperparah keadaan.

Adapun titik bencana ada di Sub Sub-DAS Nambunga dengan luas Daerah Tangkapan Air (DTA) adalah 478,28 hektare. Area terdampak banjir merupakan daerah perladangan, pertanian, dan permukiman yang berada bagian hilir sungai.

Hingga saat ini,10 korban longsor dan banjir bandang di Desa Simangulampe belum ditemukan. Diketahui, akibat banjir dan longsor tersebut, 12 orang dinyatakan hilang. Hingga saat ini, baru dua di antaranya yang sudah berhasil ditemukan.

Pembersihan material longsor dan upaya pencarian korban masih terus dilakukan hingga hari ini, Sabtu, 9 Desember 2023.

@mgr.korneliussipayung

#gerejakatoliksimangulampe #bencanaalam #banjirbandangsimangulampe #simangulampeberduka #katolikindonesia #komsoskam #komsoskwi

♬ suara asli – Kornelius Sipayung – Kornelius Sipayung