Jakarta  – Indonesia resmi menyampaikan keinginan bergabung di Brasil, Rusia, India, RRT, dan Afrika Selatan (BRICS). Hal itu disampaikan Menlu RI, Sugiono dalam pertemuan KTT BRICS Plus, Kamis (24/10) di Kazan, Rusia.

Sehingga, dengan pengumuman tersebut, proses Indonesia untuk bergabung menjadi anggota BRICS telah dimulai.

BRICS merupakan kelompok informal pertama kali diinisiasi pada tahun 2006 untuk membahas isu-isu terkini global.

“Bergabungnya Indonesia ke BRICS merupakan pengejawantahan politik luar negeri bebas aktif. Bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” ujar Menlu RI di dalam pertemuan.

Ia menjelaskan, Indonesia melihat prioritas BRICS selaras dengan program kerja Kabinet Merah Putih.

Menlu memastikan, keinginan bergabungnya Indonesia di BRICS, adalah untuk mengangkat kepentingan bersama negara-negara berkembang atau Global South.

“Kita juga melihat prioritas BRICS selaras dengan program kerja Kabinet Merah Putih, antara lain terkait ketahanan pangan dan energi. Kemudian, pemberantasan kemiskinan ataupun pemajuan sumber daya manusia,” katanya.

Sugiono menyebut, BRICS dapat menjadi kendaraan yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama Global South.

Meski demikian, ia memastikan Indonesia tetap akan melanjutkan keterlibatan di forum-forum internasional lainnya.

“Contoh konkrit keberlanjutan ini, antara lain, bulan depan Bapak Presiden akan ikuti KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil. Sementara, saya juga diundang menghadiri pertemuan Tingkat Menlu kelompok negara maju G7 expanded session di Fiuggi, Italia,” ujar Menlu Sugiono.

Menlu juga menegaskan, hal tersebut sebagai peran penting Indonesia sebagai bridge builder atau jembatan. Yaitu, antara negara berkembang dan negara maju.

BRICS pertama kali diinisiasi pada 2006 untuk membahas isu-isu terkini global. Keanggotaannya diperluas pada 2023 dengan bergabungnya Ethiopia, Iran, Mesir, dan Persatuan Emirat Arab.